Nenek Remaja yang Ditembak Mati Polisi, Minta Demonstran di Prancis Setop Aksi Panas
RIAU24.COM - Nenek dari Nahel remaja yang tewas karena tembakan polisi di Paris, Prancis meminta para demonstran di Prancis untuk menyetop aksi mereka setelah malam kelima unjuk rasa.
Menurutnya para demonstran perusuh menggunakan alasan kematian cucunya pada Selasa lalu sebagai alasan untuk membuat kerusuhan.
Oleh karena itu, kata dia, pihak keluarga ingin ketenangan kembali berjalan.
"Saya katakan kepada mereka [perusuh] untuk berhenti," ujar Nenek dari Nahel, Nadia, kepada saluran televisi BFM TV, Minggu (2/7) seperti dilansir dari Reuters.
"Nahel sudah meninggal. Putri saya mengalami kehilangan... dia seperti tak punya kehidupan lagi [setelah kehilangan putranya]," ujar Nadia.
Sebelumnya, demonstrasi berujung kerusuhan terkait kematian Nahel meluas di wilayah Prancis pada akhir pekan lalu.
Lebih dari 1.300 orang ditangkap aparat kepolisian buntut demonstrasi dan kerusuhan yang terjadi di sejumlah wilayah di Prancis.
Aksi protes massa meluas ke berbagai wilayah buntut penembakan anggota polisi terhadap remaja berusia 17 tahun.
Mengutip CNN, Kementerian Dalam Negeri Prancis menyatakan sudah ada 1.311 orang yang ditangkap aparat sejak demonstrasi dilancarkan empat hari lalu.
Namun, CNN memprediksi ada lebih dari 2.000 orang yang sudah ditangkap.
Pemerintah Prancis juga menyatakan setidaknya 96 anggota polisi terluka selama mengamankan aksi unjuk rasa di sejumlah wilayah.
Ada 58 serangan yang dilancarkan secara langsung kepada aparat. Setidaknya ada dua anggota polisi yang tertembak saat bertugas mengamankan aksi di Vaulx-en-Velin, pinggiran kota Lyon.
Berdasarkan catatan pemerintah Prancis, unjuk rasa mengakibatkan 2.560 titik kebakaran di jalan-jalan umum.
Sebanyak 1.350 di antaranya adalah mobil yang terbakar dan 234 lainnya bangunan.
(***)