Perusahaan AS Berlomba Hidupkan Kembali Hubungan dengan Tiongkok Sebelum Kenaikan Tarif Trump
RIAU24.COM - Delegasi bisnis AS yang dipimpin oleh CEO FedEx Rajesh Subramaniam dilaporkan akan mengunjungi Tiongkok minggu ini, menurut laporan South China Morning Post (SCMP) yang dikutip oleh Reuters.
Kunjungan ini dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan menjelang tenggat waktu 12 Agustus yang ditetapkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk perjanjian bilateral baru.
Delegasi tersebut dilaporkan mewakili Dewan Bisnis AS-Tiongkok (USCBC) dan diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat senior Tiongkok di Beijing.
USCBC mencakup lebih dari 200 perusahaan Amerika yang beroperasi di Tiongkok.
Boeing, FedEx, USCBC akan bergabung dengan misi Beijing
Menurut SCMP, delegasi tersebut akan mencakup para eksekutif Boeing dan Presiden USCBC, Sean Stein.
"Mereka diperkirakan akan bertemu dengan para pejabat Tiongkok, kemungkinan untuk menghidupkan kembali diskusi bisnis," ujar seorang sumber yang mengetahui kunjungan tersebut kepada SCMP.
Reuters tidak dapat memverifikasi secara independen rencana perjalanan lengkap, maupun nama-nama pejabat yang terlibat.
USCBC belum menanggapi permintaan komentar, lapor Reuters.
Waktu kunjungan tersebut bertepatan dengan putaran baru perundingan ekonomi AS-Tiongkok di Stockholm pada 27-30 Juli, yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng dan para pejabat tinggi perdagangan AS.
Jam tarif Trump terus berjalan
Presiden Trump telah menetapkan 12 Agustus sebagai batas waktu untuk perjanjian perdagangan berkelanjutan dengan Tiongkok.
Kegagalan mencapai kesepakatan dapat memicu kenaikan tarif yang tajam, termasuk bea masuk baru untuk kendaraan listrik, baterai, dan barang konsumsi Tiongkok.
AS menuduh Beijing gagal memenuhi komitmen perdagangan dan mendukung kelebihan kapasitas industri, sementara Tiongkok mengkritik penggunaan tarif oleh Washington sebagai alat tawar-menawar.
Menurut SCMP, kedua pemerintah juga sedang menjajaki kemungkinan kunjungan Presiden Trump ke Tiongkok akhir tahun ini.
Meskipun belum ada konfirmasi resmi, kunjungan tersebut dapat menandai perubahan signifikan dalam nada setelah berbulan-bulan retorika yang meningkat.
Kalibrasi ulang bisnis yang rumit
Keterlibatan USCBC dipandang sebagai sinyal bahwa perusahaan-perusahaan AS sedang berupaya menstabilkan hubungan komersial di tengah meningkatnya risiko kebijakan.
Langkah dewan bisnis ini diambil di tengah meningkatnya ketidakpastian di Tiongkok akibat tindakan keras regulasi, pemisahan rantai pasokan, dan kontrol sektor strategis.
Meskipun agenda lengkap kunjungan tersebut masih dirahasiakan, para analis mengatakan delegasi tersebut mungkin akan melobi pejabat Tiongkok untuk melonggarkan pembatasan dan menghindari tindakan pembalasan yang dapat merugikan perusahaan-perusahaan AS yang beroperasi di kawasan tersebut.
Menurut Reuters, putaran perundingan Stockholm dan penjangkauan bisnis Beijing merupakan jalur paralel dalam apa yang masih merupakan jendela diplomatik yang rapuh, yang dapat menentukan fase selanjutnya dari kerja sama ekonomi AS-Tiongkok.
(***)