Kenali Logika Sejak Dini pada Anak, Belajar Cara Berpikir ala Komputer 

Zuratul 9 Nov 2025, 15:28
Kenali Logika Sejak Dini pada Anak, Belajar Cara Berpikir ala Komputer. (X/Foto)
Kenali Logika Sejak Dini pada Anak, Belajar Cara Berpikir ala Komputer. (X/Foto)

RIAU24.COM -Dalam dunia yang dipenuhi teknologi, kemampuan berpikir logis dan sistematis kini menjadi keterampilan hidup baru yang tak kalah penting dari membaca atau berhitung. 

Anak-anak yang mampu mengamati pola, memecah masalah besar menjadi langkah kecil, dan menemukan solusi kreatif akan lebih siap menghadapi dunia yang berubah cepat, sebuah kemampuan yang dikenal sebagai berpikir komputasional.

Pendekatan ini bukan tentang mengajarkan anak menulis kode komputer, melainkan membantu mereka membangun pola pikir terstruktur dalam keseharian.

Saat anak belajar menyusun balok, menebak urutan cerita, atau mencari cara baru menyelesaikan permainan, mereka sebenarnya sedang berlatih cara berpikir yang sama dengan dasar logika komputer.

Kemampuan berpikir seperti ini diyakini menjadi fondasi penting di era kecerdasan buatan (AI).

Direktur Guru PAUD dan Pendidikan Non-Formal, Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah RI Suparto, menyebut bahwa penguasaan berpikir komputasional sejak usia dini merupakan langkah strategis untuk menyiapkan generasi muda yang mampu beradaptasi dengan tantangan masa depan.

“Pembelajaran koding dan kecerdasan artifisial bukan sekadar tren, melainkan kebutuhan mendasar. Peran guru PAUD sangat strategis untuk menanamkan fondasi berpikir komputasional sejak dini — kemampuan berpikir logis, sistematis, dan kreatif yang menjadi dasar memecahkan masalah kompleks di berbagai bidang,” ujarnya.

Berpikir Logis Lewat Aktivitas Sehari-hari 

Pendekatan berpikir komputasional dapat diterapkan tanpa perangkat digital. 

Felicia Hanitio, Deputy Program Director Bakti Pendidikan Djarum Foundation, menjelaskan bahwa kegiatan sederhana seperti cuci tangan atau bermain lompat karet bisa menjadi sarana untuk melatih kemampuan anak memecah urutan dan menghubungkan sebab akibat.

“Berpikir komputasional bukan kurikulum baru, melainkan proses berpikir terstruktur yang bisa dibangun lewat kegiatan sehari-hari. Pengalaman dari Kudus dan Sumbawa Barat menunjukkan, penerapan yang konsisten meningkatkan kemampuan kognitif, sosial-emosional, dan fisik motorik anak,” tuturnya.

Pendekatan ini menekankan pentingnya cara guru memberi contoh dan mengajukan pertanyaan yang memancing anak untuk berpikir kritis. Dengan begitu, anak tidak hanya menghafal langkah, tetapi memahami mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu.

(***)