Hampir Satu Abad, Misteri Ribuan Lubang di Pegunungan Andes Akhirnya Terpecahkan
RIAU24.COM - Selama hampir satu abad, ribuan lubang misterius yang berjajar di Pegunungan Andes, Peru, menjadi teka-teki besar bagi dunia arkeologi.
Situs purbakala bernama Monte Sierpe atau “Gunung Ular” ini terdiri dari sekitar 5.200 lubang yang membentang sejauh 1,5 kilometer di Lembah Pisco, bagian selatan Peru, dikutip dari Live Science, Senin (10/11).
Kini, penelitian terbaru yang dipublikasikan di jurnal Antiquity oleh tim yang dipimpin Dr Jacob Bongers dari Sydney University, memberikan jawaban yang dianggap paling meyakinkan sejauh ini.
Para peneliti meyakini, lubang-lubang itu dulunya merupakan pasar barter dan sistem akuntansi kuno yang digunakan masyarakat Andes berabad-abad sebelum kedatangan bangsa Eropa.
Penelitian baru ini menunjukkan, situs Monte Sierpe kemungkinan besar dibangun antara tahun 1000 hingga 1400 M.
Situs ini dibangun ketika wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Kerajaan Chincha, yaitu salah satu kerajaan pra-Inca terbesar yang berpenduduk lebih dari 100.000 jiwa.
Para arkeolog menggunakan teknologi drone dan analisis mikrobotani untuk memetakan pola lubang dan meneliti sisa-sisa tanaman di dalamnya.
Bongers mengungkapkan, timnya menemukan serbuk sari jagung dan rumput gajah di sedimen lubang. Temuan ini menunjukkan bahwa lubang-lubang itu pernah dilapisi bahan tanaman dan digunakan untuk menyimpan barang, kemungkinan dalam keranjang anyaman.
Jagung sendiri diketahui menjadi salah satu komoditas utama dalam perdagangan masyarakat Andes. Karena serbuk sarinya tidak menyebar jauh secara alami, para peneliti menyimpulkan bahwa manusia yang menempatkan jagung itu ke dalam lubang, bukan proses alam.
Hal ini memperkuat dugaan bahwa Monte Sierpe adalah lokasi pasar barter antarwilayah, di mana komunitas dataran tinggi dan pesisir bertemu untuk bertukar hasil bumi dan kerajinan.
Posisi Monte Sierpe yang berada di zona transisi ekologi di antara pegunungan dan pesisir, memperkuat hipotesis itu.
“Letaknya strategis untuk pertukaran barang antara dua wilayah ekosistem yang berbeda,” jelas Bongers dalam laporan risetnya.
Ketika Kerajaan Chincha ditaklukkan oleh Kekaisaran Inca pada abad ke-15, fungsi Monte Sierpe tampaknya mengalami perubahan.
Bongers menjelaskan bahwa struktur dan pola lubang menunjukkan kemiripan dengan khipus atau sistem pencatatan khas Inca yang menggunakan tali dan simpul sebagai alat hitung.
Menurutnya, citra udara beresolusi tinggi mengungkap adanya pola matematis dalam tata letak lubang. Pola ini menyerupai sistem akuntansi visual, di mana setiap blok lubang bisa mewakili jumlah barang, pajak, atau upeti dari wilayah tertentu, dikutip dari Ancient Origins, Sabtu (8/11).
Dengan kata lain, situs ini bisa dianggap sebagai “khipus raksasa” atau representasi fisik dari catatan ekonomi di masa lalu.