Ironi KTT COP30: Banjir Melanda Lokasi Pertemuan Puncak di Brasil, AS Melewatkan Perundingan Iklim Penting
RIAU24.COM - Sebagai pengingat yang gamblang akan ancaman perubahan pola cuaca, lokasi Konferensi Para Pihak Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-30 (COP30) di Belem, Brasil, terganggu pada hari pembukaannya (10 November) akibat hujan lebat di banyak bagian kota, termasuk Praque da Cidade, salah satu lokasi konferensi utama untuk KTT tersebut.
Pusat pers juga termasuk di antara area yang terdampak. Video-video banjir dibagikan secara luas dan menjadi topik diskusi.
Media sosial ramai dengan ironi situasi tersebut, dengan beberapa pengguna mengatakan bahwa konferensi untuk membahas krisis iklim terganggu oleh cuaca ekstrem.
Konferensi iklim tersebut mempertemukan 50.000 peserta dari lebih dari 190 negara, termasuk diplomat, pembuat kebijakan, dan pakar iklim, dalam acara 11 hari di kawasan Amazon.
Namun, ketidakhadiran para pemimpin dari negara-negara pencemar utama, termasuk Amerika Serikat, Tiongkok, dan India, menimbulkan keraguan atas keberhasilan KTT tersebut.
Meskipun New Delhi dan Beijing mengirimkan perwakilan mereka, Washington, di bawah Presiden Donald Trump, memutuskan untuk memboikot KTT tersebut sepenuhnya.
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam para pemimpin dunia karena gagal membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5 derajat Celsius, menyebutnya sebagai kegagalan moral dan kelalaian.
Ia memperingatkan bahwa pelanggaran sementara terhadap batas tersebut akan menimbulkan konsekuensi dramatis.
Ia dapat mendorong ekosistem melewati titik kritis yang dahsyat, mendorong miliaran orang ke kondisi yang tidak layak huni, dan memperkuat ancaman terhadap perdamaian dan keamanan.
Berbicara pada sesi pembukaan KTT COP30, Guterres mengatakan, "Terlalu banyak perusahaan yang meraup keuntungan besar dari kerusakan iklim, dengan miliaran dolar dihabiskan untuk melobi, menipu publik, dan menghambat kemajuan," ujarnya.
"Terlalu banyak pemimpin yang masih terjebak dalam kepentingan yang mengakar ini," tambahnya.
Berbicara langsung kepada kepala negara dari lebih dari 30 negara yang hadir di pertemuan puncak tersebut, Guterres memperingatkan, "kita dapat memilih untuk memimpin atau dipimpin menuju kehancuran."
(***)