Trump Menekan Uni Eropa untuk Membatalkan Rencana 'Pinjaman Reparasi' Ukraina Menggunakan Aset Rusia
RIAU24.COM - Para pemimpin Eropa bertemu di Brussels untuk KTT Dewan Eropa minggu ini dengan agenda penting, salah satunya adalah keputusan tentang penggunaan aset beku Rusia senilai €210 miliar untuk mendanai Ukraina.
Namun, laporan dari Politico menunjukkan bahwa pemerintahan Trump secara aktif melobi dan bahkan memberikan tekanan kepada para pemimpin Eropa untuk menahan diri dari menggunakan dana tersebut.
Komisi Eropa ingin menggunakan aset Rusia yang disimpan di Belgia sebagai jaminan untuk pinjaman ke Ukraina, guna membantu pertahanan dan rekonstruksi.
Namun Washington meminta agar hal itu ditunda karena aset-aset tersebut dapat digunakan sebagai alat tawar-menawar untuk kesepakatan perdamaian di masa depan.
"Mereka ingin melemahkan kita," kata seorang pejabat senior Uni Eropa yang memahami hubungan transatlantik dan persiapan KTT tersebut.
Hal ini memang memperlebar jurang pemisah di Uni Eropa.
Beberapa pemimpin, seperti Viktor Orbán dari Hongaria, Andrej Babiš dari Republik Ceko, dan Giorgia Meloni dari Italia, meminta Uni Eropa untuk mencari alternatif lain.
Para pejabat Eropa menggambarkan tekanan AS sebagai sangat besar dan belum pernah terjadi sebelumnya.
Mereka memperingatkan bahwa kegagalan rencana tersebut akan merusak reputasi Uni Eropa dan mengisyaratkan Kebijakan Strategis Nasional AS yang bertujuan untuk mempolarisasi Uni Eropa dan mendukung kekuatan Euroskeptik di Eropa.
“Ukraina yang hancur akan berada dalam posisi yang lebih lemah di meja perundingan, sehingga melemahkan kemampuannya untuk mengamankan perdamaian abadi dan membangun kembali setelah empat tahun perang habis-habisan,” demikian bunyi laporan tersebut.
Namun, pemerintahan Trump membantah laporan tentang campur tangan tersebut.
“Ukraina yang hancur akan berada dalam posisi yang lebih lemah di meja perundingan, yang akan melemahkan kemampuannya untuk mengamankan perdamaian abadi dan membangun kembali setelah empat tahun perang habis-habisan,” kata Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih, Ana Kelly.
Ia menegaskan bahwa Gedung Putih memiliki satu tujuan, yaitu mencapai perdamaian abadi.
“Baik Ukraina maupun Rusia telah menjelaskan posisi mereka mengenai aset yang dibekukan, dan satu-satunya tujuan kami adalah memfasilitasi pertukaran pandangan yang pada akhirnya dapat mengarah pada kesepakatan,” kata Wakil Sekretaris Pers Ana Kelly.
(***)