Menu

Blunder Jokowi Sebut Propaganda Rusia Berdampak Serius

Riko 5 Feb 2019, 18:14
Jokowi saat menyapa masyarakat (foto/int)
Jokowi saat menyapa masyarakat (foto/int)

RIAU24.COM -  Selasa 5 Februari 2019, Pernyataan Joko Widodo (Jokowi) soal propaganda Rusia tidak bisa dianggap angin lalu. Bahkan Jokowi yang menyebut propaganda Rusia dalam politik bisa berdampak serius. 

Seperti yang dikatakan Peneliti senior dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Siti Zuhro. Kepada tempo, Siti sebut semestinya Jokowi memikirkan dampak ucapan propaganda Rusia yang akan dilontarkan. 

Terlebih lagi Jokowi merupakan calon inkumben. "Semestinya tak usah sampai ke sana kemari seperti itu. Itu yang blunder akhirnya," kata Siti kepada Tempo di Jakarta, Selasa 5 Februari 2019.

Siti bahkan sampaikan bahwa pernyataan tentang "Propaganda Rusia" yang disampaikan Jokowi akan berdampak cukup serius pada politiknya. Sebab Jokowi merupakan calon presiden inkumben.

"Entah sebagai presiden atau calon petahana, dia melontarkan argumentasi-argumentasi yang bahkan menyentuh kepentingan negara lain," komentar Siti. 

Siti beranggapan Jokowi mestinya bisa membedakan posisinya sebagai presiden atau calon inkumben. Sebab perbedaan posisi Jokowi sebagai presiden atau calon inkumben sangat tipis. "Peran ganda ini tidak dilakukan dengan cukup seksama," sebut Siti Zuhro. 

Seperti yang ramai diberitakan Jokowi katakan semburan hoaks atau berita bohong dan propaganda Rusia dalam berpolitik sudah harus dihentikan. Propaganda Rusia yang dimaksud Jokowi yakni teknik firehose of falsehood atau selang pemadam kebakaran atas kekeliruan yang dimunculkan oleh lembaga konsultasi politik Amerika Serikat Rand Corporation pada tahun 2016.

Pernyataan Presiden Jokowi tentang teknik 'Propaganda Rusia' direspon serius oleh negara beruang merah tersebut. Duta Besar Rusia untuk Indonesia Lyudmila Verobieva tidak berterima dengan penggunaan istilah propaganda Rusia oleh Jokowi.

Lyudmila menjelaskan, istilah propaganda Rusia direkayasa pada 2016 di Amerika Serikat dalam rangka kampanye pemilu presiden. Istilah itu, ujar dia, sama sekali tidak berdasarkan pada fakta yang ada. (Sumber: Tempo)