Menu

Pernah Saling Hina, Trump Kini Puji Diktator Korea Utara Kim Jong Un

Satria Utama 28 Feb 2019, 06:33
Donald Trump dan Kim Jong-un
Donald Trump dan Kim Jong-un

RIAU24.COM -  HANOI - Presiden Amerika Serikat Donald Trump memuji habis-habisan Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un saat keduanya bertemu di Hanoi, Vietnam, Rabu (27/2/2019).

"Saya pikir Anda akan memiliki masa depan yang luar biasa untuk negara Anda, Anda seorang pemimpin yang hebat," ujar Trump saat keduanya melakukan makan malam bersama.

Trump juga menilai Korea Utara memiliki potensi ekonomi yang luar biasa dan berjanji Amerika akan membantu ekonomi negara itu. "Kami akan membantu mewujudkannya," imbuhnya seperti dikutip dari Business Insider yang dikutip sindonews, Kamis (28/2/2019).

Trump juga mengatakan hubungannya dengan Kim Jong-un benar-benar bagus."Merupakan suatu kehormatan untuk bersama dengan Ketua Kim, suatu kehormatan untuk bersama di Vietnam," kata Trump ketika ia bertemu dengan diktator muda Korut itu.

Kim Jong-un secara luas dianggap sebagai salah satu pemimpin paling kontroversial di dunia. Ia juga pernah mengancam menghancurkan AS dengan nuklir.

Di negerinya, Kim mempertahankan kekuasaan melalui sistem kamp penjara yang brutal.Pada 2017, seorang hakim yang selamat dari Auschwitz selama Holocaust mengatakan kamp-kamp penjata Korut sama mengerikannya, atau bahkan lebih buruk, daripada di lihat dan dialaminya di kamp-kamp Nazi.

Hakim Thomas Buergenthal membuat pernyataan itu setelah mendengar dari mantan penjaga dan tahanan penjara Korut.

Kedua pemimpin berada di Vietnam untuk melanjutkan diskusi yang dimulai di Singapura Juni tahun lalu mengenai denuklirisasi Semenanjung Korea.

Meski sudah bertemu untuk kedua kalinya, para ahli dan bahkan beberapa sekutu Trump di Partai Republik di Kongres telah menyatakan keraguannya.

Senator Republik Marco Rubio pada hari Rabu mentwee: "Saya harap #TrumpKimSummit sukses. Saya khawatir itu akan menjadi kegagalan yang berbahaya."

Pada 2017, Trump dan Kim Jong-un saling mengumbar ancaman dan hinaan, memicu kekhawatiran akan pecahnya konflik. Namun, mereka mengubah nada bicara pada tahun 2018, yang berujung pada pertemuan pertama bersejarah di Singapura yang berlanjut pada pertemuan kedua yang saat ini dihelat di Hanoi, Vietnam. ***

 

R24/bara