Menu

Miris, Mantan Wapres Iran Ceritakan Cara Bunuh Istrinya Sambil Minum Teh

Satria Utama 31 May 2019, 10:05
Mantan wakil presiden Iran, Mohammad Ali Najafi. (FOTO: IRNA)
Mantan wakil presiden Iran, Mohammad Ali Najafi. (FOTO: IRNA)

RIAU24.COM -  TEHERAN - Mantan wakil presiden Iran dan wali kota Teheran, Mohammad Ali Najafi, mengaku telah membunuh istrinya. Uniknya, pengakuan Najafi ini direkam dalam keadaan duduk, bercakap dengan polisi sambil terlihat minum teh.

Saat menyerahkan diri ke kantor polisi, dia disambut kamera televisi yang merekam beberapa babak yang dramatis. TV pemerintah Iran, IRIB, merekam Najafi saat berjalan memasuki kantor polisi, dan seluruh peristiwa ini ditampilkan sebagai "breaking news".

Polisi tampak membungkuk menghormatinya dengan tangan di dada serta memberi salam pada Najafi dengan hormat. Perlakuan amat sopan polisi menimbulkan banyak kritikan dari masyarakat Iran. Mereka membandingkannya dengan perlakukan terhadap warga biasa yang melakukan kekeliruan kecil seperti tak berpuasa di depan umum atau tidak memakai jilbab. Padahal Najafi saat itu akan membuat pengakuan bahwa dia membunuh istrinya.

Dalam pengakuannya, pembunuhan terhadap istrinya, Mitra Ostad karena sang istri menolak permintaannya untuk bercerai. "Saya hanya ingin menakutinya. Saya meminta cerai, tapi dia menolak. Saya salah," kata Najafi kepada petugas penyidik, seperti dilaporkan BBC, Jumat (31/5/2019).

"Saya kehilangan ketenangan. Saya ambil senjata, dan dia ke kamar mandi. Saya ikuti. Sebetulnya hanya mau membuat dia takut. Saya perlihatkan senjata itu dan berkata: kamu mau akhiri percakapan ini atau tidak? Dia panik dan, bisa dibilang sempat bergelut dengan saya. Dia melemparkan diri ke saya, dan senjata itu menyambutnya."

Mitra Ostad (35) adalah istri kedua Najafi. Poligami legal di Iran, tetapi pernikahan kedua Najafi ini dianggap skandal oleh kaum reformis karena hal ini tak lazim bagi kaum terdidik. Najafi sendiri adalah akademisi dan lulusan universitas top di Amerika, MIT.

Najafi, politikus reformis, memiliki kedekatan dengan Presiden Rouhani sampai dia dipaksa mundur dari posisi wali kota Teheran sesudah politikus garis keras mengkritiknya karena menghadiri acara Hari Perempuan Dunia di sebuah sekolah di mana para perempuan menari—sesuatu yang dianggap "tidak Islami".

Najafi sudah lama menjadi target politikus garis keras, dan stasiun penyiaran milik pemerintah IRIB menjalin hubungan erat dengan mereka. Ini terlihat saat reporter IRIB dengan leluasa memegang senjata yang diduga digunakan untuk membunuh.

"Oke, ini adalah senjata Colt yang digunakan Najafi untuk membunuh istri keduanya. Tadinya ada 13 peluru di dalamnya. (Sambil menghitung sisa peluru) Satu, dua, tiga, empat,... delapan! Dia menembakkan lima peluru. Dua mengenai istrinya dan tiga mengenai dinding," kata si reporter.

Aktivis hak asasi manusia Shadi Sadr mengutuk kegagalan polisi mempertahankan integritas penyelidikan kriminal dalam kasus ini.

"Saya pernah membela kasus pembunuhan sebelumnya. Senjata yang dipakai membunuh tak bisa diberikan kepada siapapun selain disegel, apalagi ke orang yang tak berhubungan sama sekali dengan kasus (misalnya wartawan). Bahkan untuk standar Iran sekalipun, penyelidikan pidana seperti ini bisa dianggap sebagai lelucon."***

 

R24/bara