Menu

Perintahkan Tindakan Keras Kepada Demonstran, Kepala Polisi Ini Marahi Donald Trump: Tutup Mulutmu!

Satria Utama 2 Jun 2020, 10:20
Kepala Kepolisian Texas, Art Acevedo/Repro
Kepala Kepolisian Texas, Art Acevedo/Repro

RIAU24.COM -  Presiden Donald Trump mengkritik otoritas di sejumlah negara bagian yang menurutnya lemah dalam menghadapi demonstrasi warga yang marah atas kematian pria kulit hitam George Perry Floyd, hari Senin pekan lalu (25/5).

Trump mendesak gubernur-gubernur di seluruh negara bagian AS untuk bersikap keras pada para perusuh dan pelaku penjarahan. "Anda harus menangkap orang, Anda harus melacak orang, Anda harus memasukkan mereka ke penjara selama 10 tahun dan Anda tidak akan pernah melihat hal ini lagi," kata Trump.

Namun pernyataan Trump dinilai banyak kalangan sangat berbahaya dan berpotensi memperburuk situasi di lapangan.

Dalam wawancara dengan wartawan senior CNN, Christiane Amanpour, beberapa saat lalu, Kepala Kepolisian Houston di Negara Bagian Texas, Art Acevedo, dengan tegas meminta agar Trump menutup mulutnya bila tidak punya komentar yang konstruktif.

“Karena (pernyataan Trump itu) menempatkan (polisi) laki-laki dan perempuan di awal usia 20an tahun pada situasi yang sangat beresiko. Ini bukan tentang mendominasi, ini tentang memenangkan hati dan pikiran,” ujar Art Acevedo.

Art Acevedo mengatakan, dirinya tidak ingin masyarakat bingung dan tidak bisa membedakan antara kebaikan (kindness) dengan kelemahan (weakness).

“Kalau Anda tidak punya sesuatu untuk dikatakan, seperti Forrest Gump, jangan bicara. Itu adalah prinsip dasar kepemimpinan, dan saat ini kita lebih membutuhkan kepemimpinan dari sebelumnya,” katanya lagi.

Hingga kini, lusinan kota di seluruh AS tetap berada di bawah jam malam. Kondisi ini tidak pernah terjadi sejak kerusuhan menyusul pembunuhan aktivis hak-hak sipil Martin Luther King Jr pada tahun 1968 silam. Pasukan Garda Nasional telah dikerahkan di 23 negara bagian dan Washington, D.C.

Aksi demonstrasi yang kerap berujung pada kekerasan dan penjarahan merebak di puluhan kota di AS, setelah tewasnya George Floyd, seorang pria kulit hitam di tangan polisi Minneapolis beberapa hari lalu.