Menu

Gara-gara Corona, Menteri Luhut Ungkap Fakta Menyedihkan Tentang Indonesia

Siswandi 25 Jul 2020, 23:52
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Bermula dari pandemi virus Corona Covid-19 yang masih mewabah di Tanah Air, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Pandjaitan mengungkapkan satu fakta menyedihkan tentang kondisi di Tanah Air. Menurutnya, wabah Covid-19 membuat kita tersadar bahwa selama ini Indonesia terlalu banyak impor obat, ketimbang memproduksi sendiri.

"Kalau kita lihat juga Covid-19 ini kalau lihat dari satu sisi itu ada sisi positifnya. Ada wakeup call bahwa kita pengimpor obat yang besar. Kita enggak punya industri obat, sangat terbatas," ujar Luhut dalam konferensi video, Sabtu, 25 Juli 2020.

Dilansir tempo, Luhut kemudian mengatakan, setelah Covid-19 merebak di Tanah Air, pemerintah mulai menggenjot produksi berbagai obat, vaksin, reagen, alat uji, hingga peralatan kesehatan di dalam negeri. Hal itu juga sejalan dengan arahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi agar Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan berbagai stimulus dioptimalkan untuk menggenjot industri kesehatan Tanah Air.

Dia mengatakan saat ini Indonesia mulai membuat bahan baku obat melalui fasilitas petrokimia milik PT Pertamina (Persero). Selama ini, Indonesia selalu mengimpor bahan baku obat tersebut. "Begitu India lockdown kita kelabakan."

Sebelumnya, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) sebagai Subholding Refinery and Petrochemical dari PT Pertamina (Persero) bersinergi dengan PT Kimia Farma Tbk untuk mengoptimalkan potensi nilai tambah dari pengolahan produk turunan petrokimia menjadi bahan baku farmasi, seperti Paracetamol.

Wakil Menteri BUMN Budi Gunadi Sadikin menyampaikan bahwa sinergi ini sesuai arahan Presiden RI untuk meningkatkan kemandirian industri farmasi nasional dan sekaligus membantu menurunkan defisit neraca perdagangan Indonesia di sektor farmasi. Hal itu mengingat, 95 persen dari total kebutuhan bahan baku farmasi Indonesia masih dipasok melalui impor. ***

Sambungan berita:  
Halaman: 12Lihat Semua