Menu

Sulit Mengenali Wajah Orang Lain? Awas Idap Prosopagnosia

Rizka 7 Apr 2021, 08:24
google
google

RIAU24.COM -  Saat berkenalan dengan seseorang, hal pertama yang sering menjadi perhatian adalah wajah. Hal itu penting untuk mengenali dan membedakan antara satu orang dengan lainnya. Namun tahukah kamu, ternyata ada kondisi yang bisa menyebabkan seseorang merasa sulit untuk mengenali dan mengingat wajah seseorang. Kondisi tersebut dinamakan prosopagnosia.

Penyakit ini juga diderita oleh aktor sekaligus produser film di Amerika Serikat.

Perlu digarisbawahai bahwa Prosopagnosia bukan hilang ingatan. Biasanya penderita akan mencari cara lain untuk mengenali seseorang, misalnya dari gaya rambut atau cara berjalannya.

Penderita kondisi ini juga susah mengidentifikasi wajah di cermin maupun foto.

Proses mengenal, membedakan, dan mengingat wajah seseorang terjadi di otak atau lebih tepatnya di bagian temporal otak. Bagian ini terletak di sisi kiri dan kanan kepala atau di dekat telinga. Ketika bagian otak yang satu ini terganggu, seseorang akan kesulitan mendeteksi wajah.

Secara umum, gangguan dalam mengenal wajah atau prosopagnosia dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Development prosopagnosia

Development prosopagnosia terjadi karena kelainan genetik atau sudah terjadi sejak seseorang dilahirkan. Prosopagnosia jenis ini umumnya terjadi pada orang yang memiliki riwayat orang tua atau keluarga dengan gangguan serupa.

Prosopagnosia karena kelainan genetik juga bisa terjadi pada orang yang memiliki gangguan genetik tertentu, seperti autisme, sindrom Turner, dan sindrom Williams.

2. Acquired prosopagnosia

Penderita prosopagnosia jenis ini sebelumnya dapat mengenal dan membedakan wajah seseorang. Namun, karena adanya suatu kondisi, ia kehilangan kemampuan tersebut.

Acquired prosopagnosia terjadi akibat gangguan pada otak, misalnya cedera otak, stroke, atau demensia Alzheimer. Risiko terjadinya prosopagnosia juga bisa meningkat pada orang yang memiliki gangguan kejiwaan tertentu, misalnya depresi, skizofrenia, dan sindrom Asperger.

Kabar buruknya, hingga kini masih belum ditemukan terapi atau pengobatan yang bisa dilakukan untuk menyembuhkan penyakit ini.