Menu

Tolak Rencana Jepang Buang Air Limbah Nuklir ke Laut, China : Kirim Saja Limbahnya ke Amerika

Satria Utama 15 Apr 2021, 09:13
Reaktor Nuklir Fukushima
Reaktor Nuklir Fukushima

RIAU24.COM -  BEIJING - Kesal karena Amerika mendukung rencana Jepang untuk membuang air limbah radioaktif itu ke laut, China pun menyarankan Jepang agar membuang 1,25 juta air limbah nuklir Fukushima ke Amerika Serikat (AS). 

Dalam dua tweet pada hari Rabu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Hua Chunying memperkuat penolakan Beijing terhadap rencana Jepang untuk membuang lebih dari satu juta ton air limbah radioaktif yang diolah reaktor nuklir Fukushima ke laut.

“Jepang dan AS mengeklaim bahwa air limbah nuklir yang diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima sesuai dengan standar keamanan internasional dan bahkan dapat diminum, lalu mengapa mereka tidak menyimpan airnya untuk diri mereka sendiri? atau mungkin mengirimkannya ke AS?," tulis Hua yang dikutip dari akun Twitter-nya, @SpokespersonCHN, Rabu (14/4/2021).

Dalam melontarkan saran itu, Hua mengunggah kartun yang menunjukkan bagaimana limbah nuklir akan memengaruhi air minum dan kesehatan manusia.

Hua melanjutkan tweet-nya dengan menyatakan akan lebih baik untuk memiliki penilaian internasional tentang keamanan air limbah nuklir Jepang sebelum ada yang meminumnya.

Pada hari Senin, Jepang mengumumkan akan membuang air limbah dari kerusakan di pembangkit nuklir Fukushima ke laut dalam waktu sekitar dua tahun. Rencana tersebut, yang telah banyak dilaporkan menjadi pilihan yang disukai Tokyo, mendapat kecaman dari tetangga Jepang, China dan Korea Selatan.

Pada hari Selasa, Beijing memberi label Tokyo "sangat tidak bertanggung jawab" dan menyerukan konsultasi dengan negara tetangga dan pihak terkait.

Korea Selatan juga memprotes keputusan tersebut. Seoul memanggil duta besar Jepang untuk memprotes keputusan itu.

Tahun lalu, Greenpeace melaporkan bahwa air limbah dari reaktor nuklir Fukushima lebih berbahaya daripada yang diklaim aman oleh pemerintah Jepang.

Publikasi mereka berjudul "Stemming the tide 2020: The reality of the Fukushima radioactive water crisis" mengeklaim bahwa air yang diolah masih mengandung tingkat karbon-14 yang berbahaya, sebuah zat radioaktif yang memiliki potensi untuk merusak DNA manusia.

Organisasi tersebut mengeklaim bahwa pemerintah Jepang telah salah menggambarkan air limbah nuklir sebagai "air olahan", dan telah memberikan kesan bahwa radioaktif tritium adalah satu-satunya radionuklida di dalam air.***