Menu

Bangun Rumah dan Diledakkan Lagi, Warga Palestina Tak Sanggup Biayai Pembangunan Ulang, Terpaksa Mengungsi di Sekolah-sekolah

Amerita 21 Jun 2021, 15:18
ilustrasi
ilustrasi

RIAU24.COM - Serangan 11 hari Israel pada bulan Mei menghancurkan 1.148 unit perumahan dan merusak 15.000 bangunan lainnya. Kehancuran massal rumah ini menyebabkan lebih dari 100.000 warga sipil mengungsi di sekolah-sekolah yang dikelola PBB.

Banyak warga Palestina dipaksa untuk membangun kembali rumah mereka yang hancur. Bagi banyak orang yang selamat, ini bukan pertama kalinya mereka terpaksa mencari perlindungan sementara karena mahalnya biaya pembangunan kembali.
zxc1

Ramez al-Masri (39), kehilangan rumah dua lantainya dalam sekejap mata pada bulan Mei, otomatis menjadikannya tunawisma. Rumahnya pertama kali diledakkan dalam perang Israel 2014 di Gaza, saat ia melakukan pembangunan kembali, rumahnya lagi-lagi diledakkan.

Pada 14 Mei sekitar pukul 3 pagi, salah satu tetangga al-Masri menerima telepon dari militer Israel yang memerintahkan semua orang di sekitarnya untuk mengungsi karena serangan udara akan segera terjadi, dikutip dari Al Jazeera.
zxc2

“Pada waktu larut malam itu, tetangga saya menelepon saya hanya untuk memberi tahu saya tentang peringatan itu. Sebelum evakuasi, saya bergegas ke kamar saya untuk mengambil tas yang menyimpan barang-barang [vital] kami. Dengan histeris, kami melarikan diri ke rumah sakit terdekat untuk mencari keselamatan. Kami tinggal di sana sampai subuh,” kata al-Masri kepada Al Jazeera.

Setelah gencatan senjata mulai berlaku pada tanggal 21 Mei, al-Masri kembali ke rumah mereka, tetapi rumah itu sudah berubah menjadi lubang yang dipenuhi puing-puing.

“Setelah saya menemukan rumah saya hancur total, saya menyewa sebuah apartemen untuk keluarga saya, dengan $200. Apartemen itu hanya memiliki dua kamar tidur, satu untuk saya dan istri saya dan yang lainnya untuk semua anak saya,” katanya.