Menu

Pernah Tercatat Sebagai Pejuang Kemerdekaan, Kusni Kasdut Pilih Rampok Museum KPK karena Hal Ini

Rizka 29 Jan 2022, 19:59
Google
Google

Malang harus diterimanya. Ia ditolak masuk Tentara Nasional Indonesia (TNI). Alasannya karena Kusni tak terdaftar resmi dalam suatu kesatuan. Terlebih lagi, bekas tembakan serdadu Belanda di kakinya jadi alasan lain penolakan. Karenanya, dalam kasus Kusni Kasdut, revolusi nasional justru tak dapat menjamin kesejahteraan banyak pihak.

Tiada pekerjaan yang layak mampu diusahakan olehnya. Kusni Kasdut pun jatuh dalam kubangan kemiskinan. Dunia hitam lalu ditempuhnya. Dari mencuri hingga menculik. Demi menyelamatkan marwahnya sebagai kepala keluarga. Pun hal itu dilanggengkan ketika dirinya mengadu nasib Jakarta.

Di Jakarta, Ia bermaksud merampok dan menculik seorang keturunan Arab kaya-raya, Ali Badjened untuk mendapatkan uang. Tapi rencananya tak berjalan mulus. Ali Badjened melakukan perlawanan hingga mati terkena peluru Kusni Kasdut. Kejahatan pembunuhan semacam itu langsung menghebohkan seisi Ibu Kota. Nama Kusni Kasdut mendadak terkenal kali kedua. Bukan sebagai pejuang kemerdekaan, tetapi sebagai penjahat kelas kakap.

Kegagalan rencana Kusni Kasdut merampok Ali Badjened membuatnya memikirkan rencana perampokan besar nan fenomenal lainnya. Museum Nasional jadi target berkutnya. Bagi Kusni Museum yang lebih dikenal sebagai Museum Gajah ini menyimpan kekayaan yang tak sedikit. Bahkan, tak ternilai harganya.

Kusni Kasdut mengetahui hal itu karena dirinya telah lama melakukan riset terkait isi museum. Semua benda pusaka yang terbuat dari emas, berlian, hingga permata menggiurkannya. Rencana perampokan itu dimatangkan olehnya. Tujuannya tak lain supaya belajar dari kesalahan yang sudah-sudah.

Aksi perampokan itu dilangsungkan pada 31 Mei 1961. Kusni Kasdut bersama koleganya –Herman, Budi, Sumali—melakukan aksi dari sebuah rumah di kawasan Slipi, Jakarta Barat. Strategi yang mereka buat adalah mencoba menyamar sebagai polisi.

Halaman: 123Lihat Semua