Menu

Kiai Mojo, Ahli Strategi Perang Kepercayaan Pangeran Diponegoro

Azhar 21 Mar 2022, 07:25
Ilustrasi. Sumber: Internet
Ilustrasi. Sumber: Internet

RIAU24.COM Perang Diponegoro merupakan salah satu konflik berdarah yang paling merepotkan Belanda karena menguras sumber daya, baik material maupun imaterial.

Dibalik semua itu, terdapat satu orang yang cukup berperan penting dalam pertikaian ini. Dia adalah Muslim Muhamad Halifah alias Kiai Mojo dikutip dari sindonews.com.

Kiprah Kiai Mojo begitu diperhitungkan karena diberi kepercayaan sebagai Panglima oleh Pangeran Diponegoro. Beruntung, hal ini tidak diketahui Belanda.

Berkat jabatannya itu juga, selama di lapangan, dia bisa menjangkau semua lapisan masyarakat.

Ia juga dapat membangun jaringan dan hubungan yang karib dengan banyak pesantren baik di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan bahkan hingga Bali.

Disebutkan pula bahwa dia pernah menjadi penghubung antara Kraton Surakarta dan Kerajaan Buleleng di Bali.

Sayang, semua kekuatan Kiai Mojo dibocorkan mata-mata pribumi kepada Belanda, termasuk kelemahannya.

Dari informasi-informasi penting itu, pimpinan perang Belanda menyusun strategi untuk menaklukkan kekuatan Pangeran Diponegoro.

Belanda baru berhasil menangkap Kiai Mojo saat berada di Desa Kembang Arum, utara Yogyakarta pada 1828. Tak hanya itu, pasukan Kiai Mojo kemudian digiring ke Klaten, lalu dibawa ke Batavia, ditahan hingga setahun lamanya.

Di awal 1830, Kiai Mojo bersama lebih dari 60 orang pengikutnya dibuang ke Minahasa. Isterinya menyusul setahun kemudian. Kiai Mojo wafat di tempat pengasingan pada 20 Desember 1849 dalam usia 57 tahun.