Menu

Riau Masuk Zona Merah Polio, Komisi V Minta Gesa Vaksinasi

Riko 23 Nov 2022, 20:16
Ade Hartati
Ade Hartati

RIAU24.COM - Angka Vaksinasi polio di Provinsi Riau berada di peringkat enam terbawah di Indonesia dan berada di bawah rata-rata nasional. Dengan capaian vaksinasi 66,2 persen, Riau masuk ke zona merah resiko polio nasional. 

Terkini kasus polio kembali merebak ditandai dengan munculnya dua kasus polio tipe 2 di Kabupaten Pidie, Aceh. Polio tipe 2 ini muncul di sejumlah negara dalam enam bulan terakhir, di antaranya Amerika Serikat, Inggris, dan Israel.

Melihat hal tersebut, Anggota Komisi V DPRD Riau, Ade Hartati menuntut Pemprov Riau untuk waspada mencegah kasus polio di Riau termasuk  menggenjot angka vaksinasi polio.

"Perlu keseriusan dari Pemrov untuk melakukan langkah kordinasi ke Pemerintah Kab/Kota mengingat capaian imunisasi merupakan kewenangan langsung kab/kota,"  ujar Ade Hartati (23/11/2022)

Ia mengatakan koordinasi antara pemprov dan pemkab pemko untuk melakukan sosialisai vaksin terutama melalui kader-kader posyandu.

"Harus ada strategi bersama antara Pemrov dan Kab/Kota agar capaian imunisasi polio sesuai harapan. Sosialisasi dan edukasi langsung ke masyarakat serta melibatkan langsung masyarakat terutama kader posyandu yg merupakan ujung tombak kesehatan di akar rumput," Papar Ade.

Masalah terkait keraguan masyarakat atas keamanan zat-zat vaksin perlu disosialisasikan secara aktif sehingga masyarakat tidak ragu untuk memvaksin anaknya. 

"Strategi dalam hal memberikan sosialosasi dan edukasi bagi keluarga yg memiliki balita harus segera dilakukan. Menggairahkan kembali posyandu-posyandu agar masyarakat mau datang ke posyandu menjadi satu hal yg harus dilakukan," tegas Ade.

Diketahui, Kemenkes resmi menyatakan bahwa Indonesia tengah menghadapi risiko tinggi Kejadian Luar Biasa (KLB) Polio. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu mengatakan Indonesia sudah 'bebas' polio sejak delapan tahun lalu dan mendapatkan sertifikat resmi dari WHO di 2014.