Menu

Tahukah Anda, Inilah 6 Penyakit Paling Mematikan di Dunia

Devi 20 Jul 2023, 20:30
Tahukah Anda, Inilah 6 Penyakit Paling Mematikan di Dunia
Tahukah Anda, Inilah 6 Penyakit Paling Mematikan di Dunia

RIAU24.COM - Gaya hidup menjadi hal penting yang harus dijaga sejak dini terutama saat masih muda.

Pola makan, tidur, hingga olahraga penting diperhatikan untuk mencegah berbagai penyakit di kemudian hari.

Faktanya, penyakit tak mengenal usia tetapi banyak dipengaruhi oleh gen dan gaya hidup seseorang. Ada banyak penyakit yang menjadi penyebab mayoritas kematian setiap tahun di seluruh dunia.

Diperkirakan 55,4 juta orang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2019 dan 74% dari kematian tersebut disebabkan oleh penyakit tidak menular atau kondisi kronis yang berkembang perlahan.

Berikut ini beberapa penyakit yang mematikan di dunia dikutip dari Healthline.

1. Penyakit Jantung Iskemik atau Penyakit Arteri Koroner

Penyakit paling mematikan di dunia adalah penyakit arteri koroner (Coronary Artery Disease/CAD). Penyakit yang juga disebut jantung iskemik, terjadi CAD ketika pembuluh darah yang memasok darah ke jantung menyempit. CAD yang tidak diobati dapat menyebabkan nyeri dada, gagal jantung, dan aritmia.

Salah satu yang bisa mencegah penurunan penyakit mematikan ini adalah pendidikan kesehatan masyarakat yang lebih baik, akses ke layanan kesehatan, dan bentuk pencegahan lainnya.

Menurut ahli, faktor risiko gaya hidup berperan dalam peningkatan penyakit CAD ini. Beberapa yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini antara lain tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, merokok, riwayat keluarga CAD, diabetes, dan mengalami kelebihan berat badan.

Untuk dapat mencegah dan mengurangi risiko CAD bisa dilakukan dengan berolahraga secara teratur, mencapai atau mempertahankan berat badan sedang, makan makanan seimbang yang rendah sodium dan tinggi buah-buahan dan sayuran, hingga menghindari merokok.

2. Stroke

Stroke terjadi ketika arteri di otak atau di bagian tubuh lain tersumbat atau bocor. Kondisi ini menyebabkan sel-sel otak dan sel tubuh yang kekurangan oksigen mulai mati dalam beberapa menit.

Selama stroke, tubuh tiba-tiba merasa mati rasa dan kebingungan atau kesulitan berjalan dan melihat. Jika tidak diobati, stroke dapat menyebabkan kecacatan jangka panjang.

Faktanya, stroke telah menjadi penyebab utama kecacatan jangka panjang. Tapi orang yang menerima pengobatan dalam waktu 3 jam setelah mengalami stroke cenderung tidak memiliki kecacatan.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) melaporkan bahwa satu survei menemukan bahwa 93% orang tahu mati rasa tiba-tiba di satu sisi adalah gejala stroke. Namun, hanya 38% yang mengetahui semua gejala yang mendorong mereka untuk mencari perawatan darurat.

Beberapa yang bisa meningkatkan risiko penyakit ini antara lain tekanan darah tinggi, riwayat keluarga stroke, merokok, dan sebagainya.

Beberapa faktor risiko stroke dapat diturunkan dengan perawatan pencegahan, pengobatan, dan perubahan gaya hidup. Secara umum, kebiasaan kesehatan yang baik dapat menurunkan risiko penyakit ini, seperti mengendalikan tekanan darah tinggi, olahraga teratur, diet seimbang yang rendah sodium, tidak merokok, menghindari alkohol.

3. Infeksi Saluran Pernapasan Bagian Bawah

Infeksi saluran pernapasan bawah adalah infeksi pada saluran udara dan paru-paru. Kondisi ini bisa disebabkan oleh influenza atau flu, radang paru-paru, bronkitis, dan tuberkulosis (TBC).

Meskipun virus biasanya menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian bawah, virus juga dapat disebabkan oleh bakteri. Biasanya, batuk menjadi gejala utama infeksi saluran pernapasan bawah. Kondisi ini dapat menghasilkan dahak darah, demam, berkeringat, menggigil, mengalami sesak napas, dan rasa sesak di dada.

Risiko penyakit ini dapat meningkat karena flu, kualitas udara yang buruk atau sering terpapar iritasi paru-paru, merokok, sistem kekebalan tubuh yang lemah, asma hingga HIV.

Salah satu tindakan pencegahan terbaik yang dapat dilakukan terhadap infeksi saluran pernapasan bagian bawah adalah dengan melakukan vaksinasi flu setiap tahun. Orang yang berisiko tinggi terkena pneumonia juga bisa mendapatkan vaksin.

Untuk gaya hidup sehatnya, bisa membiasakan diri dengan mencuci tangan secara teratur (dengan sabun dan air) untuk menghindari penularan bakteri, terutama sebelum menyentuh wajah atau makan.

4. Penyakit Paru Obstruktif Kronik

Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) adalah penyakit paru progresif jangka panjang yang membuat sulit bernapas. Bronkitis kronis dan emfisema adalah jenis PPOK.

Faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini antara lain merokok atau perokok pasif, iritasi paru-paru seperti asap kimia, riwayat keluarga, dengan gen defisiensi antitripsin alfa-1 dikaitkan dengan COPD, riwayat infeksi pernafasan sewaktu kecil.

Adapun cara terbaik untuk mencegah penyakit ini adalah berhenti merokok, hindari asap rokok dan iritasi paru-paru lainnya.

5. Kanker Trakea, Bronkus, dan Paru-paru

Kanker pernapasan termasuk kanker trakea, laring, bronkus, dan paru-paru adalah penyakit yang mematikan. Penyebab utamanya adalah merokok, asap rokok, dan racun lingkungan. Namun, polusi rumah tangga, seperti bahan bakar dan jamur, juga berkontribusi.

Sebuah studi tahun 2015 melaporkan bahwa ada sekitar 18 juta kasus baru kanker paru setiap tahunnya. Di negara-negara berkembang, para peneliti memproyeksikan peningkatan 81% hingga 100% kanker pernapasan karena polusi dan merokok.

Banyak negara Asia, terutama India, masih menggunakan batu bara untuk memasak. Emisi bahan bakar padat menyumbang 17% kematian akibat kanker paru-paru pada pria dan 22% pada wanita.

Kanker trakea, bronkus, dan paru-paru dapat menyerang siapa saja, tapi kemungkinan besar mempengaruhi mereka yang memiliki riwayat merokok atau penggunaan tembakau.

Faktor risiko lain untuk kanker ini termasuk riwayat keluarga dan paparan faktor lingkungan seperti asap diesel.

Selain menghindari asap dan produk tembakau, tidak diketahui apakah ada hal lain yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker paru-paru. Namun, pemindaian paru-paru rutin dan deteksi dini dapat menghasilkan pengobatan yang lebih efektif.

6. Diabetes Melitus

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa banyak orang telah meninggal akibat penyakit diabetes yakni sekelompok penyakit yang memengaruhi produksi atau penggunaan insulin.

Pada diabetes tipe 1, pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Jenis diabetes ini diyakini disebabkan oleh reaksi autoimun.

Pada diabetes tipe 2, pankreas tidak menghasilkan cukup insulin, atau insulin tidak dapat digunakan secara efektif. Diabetes tipe 2 dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, termasuk pola makan yang buruk dan kurangnya aktivitas fisik.

Seiring waktu, diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan saraf dan pembuluh darah. Ini bisa menyebabkan komplikasi seperti gangguan penyembuhan luka, gagal ginjal, dan kebutaan.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini antara lain mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, tekanan darah tinggi, usia yang lebih tua, tidak berolahraga secara teratur, hingga pola makan yang tidak sehat.

Meskipun diabetes tidak selalu dapat dicegah, tapi dapat mengontrol keparahan gejalanya dengan berolahraga secara teratur dan mengikuti pola makan bergizi yang lengkap.***