Menu

Vladimir Putin Rela Hubungi PM Israel dan Para Pemimpin Arab 

Zuratul 17 Oct 2023, 14:44
Vladimir Putin Rela Hubungi PM Israel dan Para Pemimpin Arab. (X/Foto)
Vladimir Putin Rela Hubungi PM Israel dan Para Pemimpin Arab. (X/Foto)

RIAU24.COM -Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan kepada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu bahwa Moskow ingin membantu mencegah bencana kemanusiaan di Gaza.

Kremlin mengatakan bahwa Putin dengan nama Rusia  bersedia untuk berupaya "mengakhiri konfrontasi Palestina-Israel dan mencapai penyelesaian damai melalui cara politik dan diplomatik".

Pernyataan tersebut tidak menyebutkan gencatan senjata yang ingin dicapai Rusia dengan mengajukan resolusi di Dewan Keamanan PBB.

Namun Putin memberi pengarahan kepada Netanyahu tentang percakapan dengan para pemimpin Iran, Mesir, Suriah, dan Otoritas Palestina.

"Pendapat bulat telah diungkapkan mengenai perlunya gencatan senjata dini dan pembentukan gencatan senjata kemanusiaan agar dapat segera memberikan bantuan kepada semua yang membutuhkan," katanya mengenai percakapan tersebut, seperti dikutip Reuters.

"Ada juga kekhawatiran serius mengenai kemungkinan konflik meningkat menjadi perang regional."

Sebelumnya, media pemerintah Iran mengatakan Presiden Ebrahim Raisi mengatakan kepada Putin dalam percakapan mereka bahwa mendukung Palestina adalah prioritas kebijakan luar negeri Iran tetapi kelompok "perlawanan" membuat keputusan independen mereka sendiri.

"Ada kemungkinan konflik antara Israel dan Palestina meluas ke bidang lain," kata Raisi.

Putin juga berbicara dengan Presiden Suriah Bashar al-Assad, Presiden Palestina Mahmoud Abbas dan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi, yang dia minta bantuan dari Kairo dalam mengevakuasi warga Rusia dari Gaza.

Pemimpin Kremlin itu juga terlihat membahas Timur Tengah dan Ukraina pada pertemuan yang disiarkan televisi dengan para pejabat termasuk kepala mata-mata dan menteri pertahanannya.

Krisis ini telah mengalihkan sebagian perhatian dunia dari perang Rusia di Ukraina dan memberikan Moskow kesempatan untuk menunjukkan hubungan kuatnya dengan semua pemain kunci di Timur Tengah, menjadikan negaranya sebagai suara perdamaian serta pengendalian diri.

Kremlin bahkan berulang kali menyalahkan kegagalan kebijakan AS di masa lalu sebagai penyebab terjadinya ledakan kekerasan terbaru di Timur Tengah.

(***)