Menu

Irak Bersiap Untuk Mengakhiri Kehadiran Koalisi Pimpinan AS

Amastya 6 Jan 2024, 20:32
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani /Reuters
Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani /Reuters

RIAU24.COM Kantor Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani pada hari Jumat (5 Januari) mengatakan bahwa pemerintah memulai proses untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional pimpinan AS di negara itu.

Amerika Serikat telah mengerahkan lebih dari 900 tentara di Suriah dan 2.500 di Irak sebagai bagian dari misi yang menurut Washington ditargetkan untuk memberi saran dan membantu pasukan lokal yang berusaha mencegah kebangkitan ISIS.

"Pemerintah menetapkan tanggal dimulainya komite bilateral untuk menempatkan pengaturan untuk mengakhiri kehadiran pasukan koalisi internasional di Irak secara permanen," kata sebuah pernyataan dari kantor perdana menteri.

“Komite itu akan terdiri dari anggota koalisi militer,” kata seorang pejabat pemerintah.

"Kami menekankan posisi tegas kami dalam mengakhiri keberadaan koalisi internasional setelah pembenaran untuk keberadaannya telah berakhir," kata Sudani seperti dikutip dalam pernyataan itu.

Militer AS Luncurkan Serangan Balasan di Baghdad

Pernyataan Sudani muncul sehari setelah serangan AS menewaskan seorang komandan militer pasukan Hashed al-Shaabi pro-Iran Irak di Baghdad, yang menurut Washington, secara aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap pasukan AS.

"Dan akhirnya, saya dapat mengkonfirmasi bahwa pada tanggal 4 Januari sekitar pukul 12 siang waktu Irak, pasukan AS mengambil tindakan yang diperlukan dan proporsional terhadap Mushtaq Jawad Kazim al-Jawari (alias Abu-Taqwa), yang merupakan pemimpin Harakat-al-Nujaba. Abu-Taqwa secara aktif terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan terhadap personel Amerika," kata Juru Bicara Pentagon Brigadir Jenderal Patrick Ryder dalam sebuah briefing media.

"Serangan itu juga membunuh anggota Han lainnya. Penting untuk dicatat bahwa serangan itu dilakukan untuk membela diri, bahwa tidak ada warga sipil yang terluka, dan bahwa tidak ada infrastruktur atau fasilitas yang diserang," tambahnya.

Menurut sumber polisi dan milisi, rudal menghantam sebuah mobil di dalam markas Nujaba'a, menewaskan empat orang termasuk komandan lokal kelompok itu dan seorang asisten.

Pemerintah Irak, mengutuk koalisi anti-jihadis pimpinan AS atas serangan itu dan menyebutnya agresi terang-terangan serta eskalasi dan serangan berbahaya.

"Angkatan bersenjata Irak menganggap pasukan koalisi internasional bertanggung jawab atas serangan ini," kata kantor Perdana Menteri Mohamed Shia al-Sudani dalam sebuah pernyataan.

Serangan terhadap target AS

Washington sampai sekarang diserang setidaknya 100 kali sejak perang pecah antara sekutu AS Israel dan kelompok militan Palestina Hamas di Jalur Gaza.

Dari serangan-serangan ini, banyak yang diklaim oleh Perlawanan Islam di Irak, yang merupakan aliansi longgar kelompok-kelompok bersenjata terkait Iran yang menentang dukungan AS untuk Israel dalam perang Gaza.

(***)