Menu

20 Ribu Bayi Lahir di Gaza dalam Kondisi Memilukan, Banyak Ibu Hamil yang Tewas

Devi 22 Jan 2024, 06:45
20 Ribu Bayi Lahir di Gaza dalam Kondisi Memilukan, Banyak Ibu Hamil yang Tewas
20 Ribu Bayi Lahir di Gaza dalam Kondisi Memilukan, Banyak Ibu Hamil yang Tewas

RIAU24.COM - Ribuan bayi lahir dalam suasana bak 'neraka' di Gaza sejak perang Israel dan Hamas dimulai pada Oktober 2023. Para ibu hamil yang melahirkan terpaksa harus menjalani operasi caesar tanpa anestesi dan tak mendapatkan perawatan setelahnya.

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) pada Jumat (19/1/2024) melaporkan sekitar 20 ribu kelahiran telah terjadi di Gaza sejak konflik berlangsung.

"Itu adalah bayi yang lahir dalam perang yang mengerikan ini setiap 10 menit," kata Juru bicara UNICEF Tes Ingram kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari Oman, dikutip dari France24.
 

Wanita yang melahirkan di Gaza juga tak bisa mendapatkan perawatan yang maksimal karena pemboman yang terus dilakukan oleh Israel. Ingram menyebut banyak ibu-ibu yang meninggal karena kehabisan darah.

Banyak juga wanita yang tidak bisa melahirkan bayinya dan meninggal dunia karena petugas medis yang kewalahan di area konflik tersebut.

"Menjadi seorang ibu harus menjadi saat untuk merayakannya. Di Gaza, ada satu lagi anak yang dimasukkan ke 'neraka'," katanya, menekankan perlunya tindakan internasional yang mendesak.
 
"Melihat bayi baru lahir menderita, sementara beberapa ibu meninggal karena kehabisan darah, seharusnya membuat kita semua tetap terjaga di malam hari," katanya.

Ingram juga bercerita seorang perawat bernama Webda di Gaza telah melakukan operasi caesar darurat pada enam wanita yang sudah meninggal dalam delapan minggu terakhir.

"Ibu menghadapi tantangan yang tak terbayangkan dalam mengakses perawatan medis yang memadai, nutrisi, dan perlindungan sebelum, selama, dan setelah melahirkan," kata Ingram.

"Situasi perempuan hamil dan bayi baru lahir di Jalur Gaza di luar nalar, dan ini memerlukan tindakan intensif dan segera," lanjutnya lagi.

Ingram juga menyoroti Rumah Sakit Emirati di Rafah kini melayani sebagian besar wanita hamil di Gaza, Bertarung dengan kondisi penuh sesak dan sumber daya yang terbatas, staf terpaksa mengeluarkan ibu dalam waktu tiga jam setelah operasi caesar.

"Kondisi ini membuat ibu berisiko mengalami keguguran, kelahiran mati, persalinan prematur, kematian ibu, dan trauma emosional," lanjutnya lagi.

"Kemanusiaan tidak dapat membiarkan versi normal yang terdistorsi ini berlangsung lebih lama. Ibu dan bayi baru lahir membutuhkan gencatan senjata kemanusiaan," ujarnya. ***