Menu

Hasto Sudah Prediksi Lama Kalau Jokowi Bakal Memihak ke Paslon, Sebut: Legacy Tak Dijalankan 

Zuratul 25 Jan 2024, 21:54
Hasto Sudah Prediksi Lama Kalau Jokowi Bakal Memihak ke Paslon, Sebut: Legacy Tak Dijalankan 
Hasto Sudah Prediksi Lama Kalau Jokowi Bakal Memihak ke Paslon, Sebut: Legacy Tak Dijalankan 

RIAU24.COM -Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto merespons pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang mengatakan presiden dan menteri boleh berkampanye serta memihak dalam kontestasi pemilu. 

Hasto mengatakan PDIP sudah memprediksi lama akan munculnya pernyataan tersebut.

"Sudah diprediksi lama," kata Hasto Kristiyanto usai menghadiri pentas budaya Butet Kartaredjasa di Taman Budaya Yogyakarta, Rabu (24/1/2024) malam.

Hasto mengatakan pihaknya tak kaget dengan pernyataan Jokowi tersebut. Dia berharap Jokowi dapat menjalankan legacy-nya sebagai pemimpin hingga akhir masa jabatan.

"Tidak (kaget dengan pernyataan Jokowi). Hanya sebelumnya kan kami berdoa, berharap bahwa beliau dapat menjalankan legacy-nya sebagai pemimpin karena pemimpin itu juga diukur bagaimana menyiapkan suksesornya melalui suatu proses yang demokratis, melalui suatu proses yang akuntabel, melalui proses di mana rakyat bisa menyampaikan pilihannya secara bebas meskipun di situ ada putra dari Bapak Jokowi yang di dalam prosesnya juga masih dikritisi oleh masyarakat karena melalui manipulasi hukum di MK, bahkan di dalam tampilan Mas Butet dan kawan-kawan tadi itu masih menjadi suatu persoalan yang sangat serius untuk disikapi," tuturnya.

Dia juga merespons ucapan Butet yang menyinggung pernyataan Jokowi sebagai bentuk nirmoral. Hasto mengatakan kritik yang disampaikan Butet merupakan sesuatu yang otentik yang berasal dari rakyat.

"Ya itu adalah para budayawan ketika menyampaikan kritik, itu suatu yang otentik, sesuatu yang berasal dari rakyat, di mana rakyat mengharapkan namanya pemimpin, itu harus membawa payung perlindungan keadilan bagi semua tanpa pernah membeda-bedakan," ujarnya.

Dia mengatakan sentimen yang kurang positif justru muncul dari kalangan pro demokrasi terhadap pernyataan Jokowi tersebut. Dia mengatakan presiden wajib melindungi seluruh rakyat sesuai Konstitusi.

"Cermati terhadap pernyataan dari Bapak Presiden Jokowi pagi tadi, kami terus melihat bahwa reaksi yang diberikan oleh kelompok-kelompok pro demokrasi dari kalangan akademisi, dari kalangan mahasiswa, dari kalangan yang mendambakan agar pemilu bisa berjalan dengan fair, ternyata menimbulkan suatu sentimen yang kurang positif di dalam tradisi kepemimpinan untuk demokrasi kita," kata Hasto.

"Maka sebaiknya, sesuai dengan Konstitusi sebagai kepala negara memang harus melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memastikan agar kedaulatan rakyat betul-betul dikedepankan dengan memilih pemimpin yang memiliki gagasan komitmen kerakyatan keberpihakan pada wong cilik dan mampu bertanggungjawab kepada lebih dari 270 juta rakyat Indonesia, sehingga kekuasaan bukan dikedepankan, tetapi ide gagasan dan track record dari pemimpin itu yang seharusnya dapat diangkat oleh pemimpin nasional kita," tambahnya.

Selain itu, Hasto mengatakan rencana cawapres nomor urut 3 Mahfud Md mundur dari Menko Polhukam sudah dibahas bersama capres nomor urut 3 Ganjar Pranowo dan pimpinan partai pengusung. Lalu, dia mengatakan pernyataan Jokowi itu justru mendapat sentimen negatif.

"Jadi kita sudah membahas antara Pak Ganjar prof Mahfud dan partai politik pengusungnya dan kemudian dengan pernyataan pagi tadi yang mendapatkan sentimen negatif terhadap apa yang disampaikan oleh bapak presiden Jokowi," ujarnya.

Hasto mengaku sedih lantaran pernyataan Jokowi itu diucapkan dengan tampilan latar belakang tentara nasional Indonesia (TNI). 

Dia mengatakan Mahfud akan membangun upaya politik untuk menggelorakan kembangkitan Indonesia dengan gagasan dan kepemimpinan yang merakyat.

"Kami sebenarnya sangat sedih, hal itu seharusnya tidak perlu terjadi ya, apalagi begroundnya adalah tentara nasional Indonesia, sehingga keteladanan pemimpin itu sangat diperlukan maka Prof Mahfud akan membangun upaya-upaya politik yang memberikan contoh politik sebagai tradisi bukan semata-mata kekuasaan tetapi untuk menggelorakan kebangkitan Indonesia dengan gagasan, dengan kepemimpinan yang merakyat, kepemimpinan yang visioner dan itu memerlukan etika dan moral yang baik dari calon-calon pemimpin," ujarnya.

(***)