Rocky Gerung: Kalau Tak Mau Tragedi 98 Terulang, Gibran Harus Mundur
Pernyataan ini menandakan bahwa Rocky memandang politik bukan sekadar jabatan, tetapi soal kapasitas dan etika representasi. Dalam konteks ini, Gibran dianggap belum memenuhi dua-duanya.
Lebih lanjut, Rocky tidak menampik kemungkinan bahwa gelombang ketidakpuasan publik bisa bermuara pada pemakzulan Gibran. Ia mengingatkan bahwa sejarah bisa berulang, terutama bila suara akar rumput—khususnya mahasiswa—mulai bergerak secara terstruktur.
“Kalau tidak ingin seperti 1998, ya mundur saja. Itu opsi paling efisien, baik bagi Gibran maupun bagi stabilitas politik nasional,” ujarnya.
Rocky menyinggung bahwa kembalinya mahasiswa ke kampus saat semester baru bisa menjadi titik awal kebangkitan gerakan sosial politik. Ia memprediksi bahwa kampus-kampus ternama, khususnya Universitas Padjadjaran (Unpad), akan kembali menjadi titik api demonstrasi jika isu-isu hukum yang melibatkan elit politik kembali diangkat.
Rocky juga menyoroti dinamika internal PDI Perjuangan sebagai partai oposisi yang memiliki kepentingan besar dalam mengoreksi arah politik nasional. Ia menyebut bahwa partai berlambang banteng itu mungkin sedang menimbang langkah politik strategis untuk mendorong pergantian Wakil Presiden.
“Yang paling berkepentingan untuk mengganti Gibran ya PDIP. Dan mereka punya opsi—Ganjar, Puan—semua sedang menunggu waktu dan momen politik yang tepat,” jelas Rocky.