Menu

Pengusaha Walet Abaikan Imbauan Camat, Kaset Pemanggil Walet Tetap Dihidupkan Saat Jam Sekolah

Ahmad Yuliar 14 Feb 2019, 19:20
Suara bising ruko burung walet mengganggu konsentrasi belajar siswa di Selatpanjang/dok.r24
Suara bising ruko burung walet mengganggu konsentrasi belajar siswa di Selatpanjang/dok.r24

RIAU24.COM -  SELATPANJANG - Sejumlah pengusaha walet yang berada di Ibukota Selatpanjang tak peduli dengan imbauan Pemerintah Kecamatan (Pemcam) Tebingtinggi. Bahkan tanpa berdosa mereka tetap menghidupkan kaset pemanggil burung walet saat jam sekolah.

Untuk diketahui sebelumnya Pemerintah Kecamatan Tebingtinggi sudah mengimbau dengan mendatangi sejumlah pegusaha walet yang berada di sekitar sekolah yang ada di Selatpanjang. Dimana jadwal untuk menghidupkan kaset pemanggil burung walet diatur. Sehingga tidak menganggu proses belajar mengajar siswa.

Namun pada Kamis 14 Februari 2019, sejumlah bangunan tinggi yang dijadikan sarang burung walet yang berada di sekitar SMPN 5 Tebingtinggi masih mengeluarkan bunyi bising dari kaset pemanggil burung walet. Akibatnya masih sangat menanggu seluruh guru dan sisswa yang sedang melaksanakan proses belajar mengajar.

Bunyi bising yang sangat menanggu itu juga dibuktikan oleh Lurah Selatpanjang Selatan, Heri Kurniawan Hadi AMd. Saat itu ia bersama dua orang stafnya turun langsung ke sekolah tersebut.

"Padahal sudah kita imbau. Tapi masih saja bunyi kaset pemanggil burung walet masih dihidupkan saat jam sekolah," katanya.

Ia juga sangat kesal, pengusaha sarang burung walet yang umumnya merupakan warga keturunan ini seolah tidak peduli dengan pendidikan.

"Yang jelas kami sudah lihat langsung dan akan laporkan kepada Camat," ujarnya.

Lurah Selatpanjang Selatan tersebut mengaku juga akan berupaya mengajak paguyuban, dan organisasi kemasyarakatan untuk bisa duduk bersama. Sehingga bisa dibahas dan dicarikan solusi terbaik.

"Seharusnya saat jam sekolah mereka bisa mematikan sementara sampai proses belajar mengajar selesai pada sore hari. Apalagi pada pagi hari burung walet yang dipanggil juga sedang keluar mencari makan, dan akan kembali kesarang saat sore hari. Jadi kalau jadwalnya diatur dengan baik, maka tidak akan merugikan pengusaha sendiri," katanya.

Tidak hanya di SMPN 5 tersebut. Heri mengaku salah satu sekolah swasta milik Tionghoa di Selatpanjang juga sudah ada yang mengeluhkan suara bising dari sarang burug walet kepadanya.

"Artinya pengusaha seperti tidak peduli terhadap kualitas pendidikan yang akan diterima masyarakat dan anak-anak mereka. Bagaimana anak-anak kita mau belajar baik dan penuh konsentrasi, jika belajar dengan suasana ribut dan bising," pungkasnya.(***)


R24/phi