Menu

Mengerikan, Korut Punya Bom Nuklir Berkekuatan 16 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima

Riko 6 Jun 2019, 15:42
Ilustrasi
Ilustrasi

RIAU24.COM -  Hasil penelitian terbaru dari "Journal of Geophysical Research: Solid Earth" menyebutkan Rezim Korea Utara (Korut) yang dipimpin Kim Jong-un memiliki bom nuklir yang 16 kali lebih kuat daripada bom yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) di Hiroshima dalam Perang Dunia II. 

Kini, penelitian terbaru dari Journal of Geophysical Research: Solid Earth menyatakan uji coba senjata nuklir keenam rezim Kim Jong-un itu memiliki kekuatan 250 kiloton TNT. Tes senjata pada 2017 menunjukkan peningkatan yang sangat besar dibandingkan tes sebelumnya dari 2006 hingga 2016. 

Co-author penelitian Thorne Lay mengatakan; “Dari 2006 hingga 2016 Korea Utara terus meningkatkan ukuran, dari sekitar 1 kiloton hingga sekitar 20 kiloton."

"Peristiwa sangat awal tampak seperti itu tidak bekerja dengan baik, karena itu luar biasa kecil," ujarnya.

“Dan kemudian dalam satu tahun itu melonjak hingga 250-ish kiloton. Yang menakutkan adalah ini adalah perangkat yang sangat besar," kata Lay, seperti dikutip Sindonews mengutip express.co.uk, Kamis 6 Juni 2019.

Tes senjata itu juga memicu gempa berkekuatan 6,3 di lokasi uji coba nuklir Punggye-ri. Potensi kekuatan senjata nuklir Korea Utara secara dramatis melonjak dari 20 kiloton menjadi 250 kiloton.

Ahli geofisika Steven Gibbons menggambarkan bom nuklir Korut sebagai "senjata yang sangat merusak".

"Saya pikir ketidakpastian yang penulis kutip cukup realistis," ujarnya mengacu pada penelitian Journal of Geophysical Research: Solid Earth.

“Rasio antara angka pastinya cukup akurat, jadi jika Korea Utara memberi tahu kami, misalnya, bahwa uji coba kedua pada 2016 tepat 25 kiloton, kami bisa menghitung yang lain dengan akurat," katanya.

"Pada 2006, ketika ada keributan kecil ini, banyak orang yang cukup meremehkan bahwa Korea Utara memiliki teknologi untuk melakukan ini dengan benar," paparnya.

"Tapi saya pikir dari perkembangan yang telah kita lihat dengan peningkatan hasil, itu adalah program pengembangan senjata yang sangat baik dijalankan."

"Ketika Anda sampai ke 2017, tidak ada pertanyaan bahwa ini adalah senjata yang sangat merusak. Bahkan di bagian bawah dari hasil yang tidak pasti ini, itu adalah senjata yang mengerikan," imbuh dia.

Temuan terbaru itu muncul setelah Korea Utara menarik diri dari Perjanjian 1968 tentang Non-Proliferasi Senjata Nuklir pada tahun 2003 dan mulai menguji bom nuklirnya pada tahun 2006.