Menu

Meski Kerap Dikecam, Israel Terus Saja Gerogoti Yerussalem Dari Bawah Tanah

Siswandi 10 Jul 2019, 11:51
Kompleks Masjid Al Aqsa di Palestina yang kian terancam akibat tindakan semena-mena Zionis Israel. Foto: int
Kompleks Masjid Al Aqsa di Palestina yang kian terancam akibat tindakan semena-mena Zionis Israel. Foto: int

RIAU24.COM -  Hingga saat ini, pemerintah zionis Israel masih saja menggerogoti Yerussalem dari bawah tanah. Hingga saat ini, aktivitas pengeboran terowongan bawah tanah di kawasan itu terus saja berlanjut. Kecaman pun terus berdatangan, baik dari kubu Palestina mau pun masyarakat Israel sendiri. Perbuatan itu dinilai tak beralasan dan diduga kuat ada motif politik di belakangnya.

Yang paling parah, pada akhirnya, pengeboran itu bisa berdampak fatal terhadap Masjid Aqsa, yang merupakan salah satu tempat suci bagi kaum muslim di seluruh Dunia.

Namun yang begitu kasat di depan mata, adalah warga Palestina  yang merasakan langsung dampaknya. Rumah warga Palestina di kawasan itu mulai rusak, sejak pengeboran dilakukan tahun 2000 lalu.

Salah satunya, diungkapkan Fayyad Abu Rmeleh, warga Palestina berusia 60 tahun, yang mentap di kawasan Wadi Hilweh Silwan di Yerusalem Timur.

Setiap hari, ia harus mendengar derum pengeboran terowongan di bawah bangunan rumahnya. Pengeboran itu telah mengakibatkan dinding rumahnya retak. Ia khawatir bila aktivitas pengeboran terus berlanjut, rumahnya bakal runtuh.

"Ini membahayakan hidup kami. Di manapun Anda menoleh, Anda menemukan celah baru (di dinding)," ungkapnya, dilansir Aljazirah, Selasa 9 Juli 2019.
 
Ia mengaku belum tahu berapa banyak terowongan yang telah digali di bawah rumahnya. "Namun, kami yakin setidaknya ada tiga," ujarnyalagi, dikutip republika, Rabu 10 Juli 2019.

Dalih Cari Kuil Kuno
Sejak tahun 2000, otoritas Israel melakukan aktivitas pengeboran dan penggalian di daerah tersebut. Israel berdalih, kegiatan itu bertujuan menemukan jejak-jejak kuil Yahudi kuno yang diyakini terkubur di bawah lingkungan itu.

Pekan lalu Pemerintah Israel meresmikan terowongan Jalur Peziarah yang membentang dari Wadi Hilweh ke Tembok Barat, tepat di luar kompleks Masjid al-Aqsha.

Para pejabat Israel, termasuk anggota organisasi permukiman Elad Foundation yang mendanai proyek pengeboran, mengklaim rute di bawah tanah itu merupakan jalur yang digunakan peziarah Yahudi ke Kuil Kedua, yang lokasinya diyakini berada di bawah kompleks al-Aqsha.

Tak ayal, Otoritas Palestina pun mengutuk kehadiran pejabat Amerika Serikat (AS) dalam acara peresmian terowongan Jalur Peziarah. Pengeboran itu juga diduga kuat sebagai bagian dari program Yahudisasi terhadap Yerusalem.

Ciptakan Sejarah Imajiner
Dari kalangan sendiri, kecaman juga datang dari Emek Shaveh, sebuah LSM milik masyarakat Israel. Emek Shaveh bahkan menuding proyek pengeboran itu bermasalah. Pasalnya, hingga saat ini tidak ada  laporan akademis atau ilmiah terkait klaim Israel bahwa terowongan terus digali tersebut sebagai rute peziarah Yahudi.

"Orang-orang di Elad Foundation menciptakan realitas sejarah imajiner yang dibentuk oleh keyakinan agama dan tujuan nasionalis mereka, bukan oleh temuan arkeologis serta bukti sejarah lainnya," demikian dilansir Emek Shaveh dalam laporannya.

Tak hanya itu,  penggalian terowongan yang secara eksklusif terkait sejarah Yahudi tersebut, sama saja artinya mengabaikan bab-bab multikultural di Yerusalem pada masa lampau, seperti periode Bizantium dan Umayyah.

Di sisi lain, terkait terowongan di Tembok Barat yang populer, Israel tak pernah menyebutkan kepada pengunjung bahwa apa yang ada di dalamnya tidak berhubungan dengan sejarah Yahudi.

CEO Emek Shaveh, Mizrachi, mengungkapkan, sebagian besar penggalian di terowongan Tembok Barat berada di bawah kawasan yang dihuni kaum muslim Palestina, yakni struktur Mamluk dari abad ke-14 dan 15 Masehi.

Namun, narasi yang diceritakan kepada pengunjung hampir secara eksklusif berfokus pada sejarah Kuil Kedua. "Sehingga ini sama sekali mengabaikan makna historis dari lokasi situs itu berada," tegasnya.

Mizrachi menyangkal klaim Israel bahwa pengeboran terowongan di Silwan telah menemukan bukti historis Raja Daud. "Ada perdebatan yang sangat kuat di antara para arkeolog tentang apa yang terjadi di Yerusalem pada abad ke-10 sebelum Masehi, periode yang saya pahami sebagai masa Kerajaan Daud dan Solomon," terangnya.

Dengan kondisi dan gambaran di atas, sulit mengesampingkan wacana bahwa Israel diduga memiliki agenda politik di balik proyek penggalian terowongan di sekitar Yerusalem.

"Sayangnya, Israel menggunakan terowongan ini, yang disamarkan sebagai penggalian arkeologis, tetapi sebenarnya itu bagian dari tujuan politik untuk mencegah Yerusalem menjadi bagian dari solusi politik apa pun," tegas Mizrachi. ***