Mengharukan, Meski Siswa Baru Cuma 2 Orang, Sekolah Ini Bertekad Mendidiknya Hingga Tamat
RIAU24.COM - Dimulainya tahun ajaran baru membuat aktivitas di sekolah mulai ramai. Sebagian besar sekolah saat ini masih melaksanakan kegiatan pengenalan lingkungan sekolah. Suasana tambah semarak karena banyak orang tua yang menunggui anaknya di hari-hari pertama sekolah.
Namun, pemandangan semacam itu tak terlihat di salah satu SMP swasta di daerah Bekasi Selatan. Suasana di sekolah ini tampak lengang. Hanya ada satu orang pegawai berkaos oblong di halaman sekolah tiga tingkat itu.
Sepinya suasana awal tahun ajaran baru di SMP swasta ini tak lain karena hanya kedatangan dua orang siswa baru. Tak ayal jika SMP ini mencetak rekor sebagai sekolah terendah jumlah siswa yang diterima dalam satu tahun ajaran.
"Seperti yang bisa dilihat sendiri lah, ya begini sepi. Siswanya sedikit," ujar Wakil Kepala SMP tersebut seperti dikutip dari grid.id. Dia mewanti-wanti agar nama SMP swasta yang sudah berdiri lebih dari 30 tahun ini tak dicantumkan, baik dalam tulisan maupun visual.
Wakil Kepala SMP itu menyebut, SMP ini merupakan sekolah umum. Sekolah ini bukan sekolah agama dan juga bukan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Tahun lalu, jumlah siswa yang mendaftar di sekolah juga tidak banyak. Jumlahnya masih satu digit, yaitu lima orang siswa saja.
MG, salah satu siswa baru SMP swasta tersebut tak tampak risih dengan keadaan sekolahnya. Dia tampak senang di hari pertamanya mengenakan celana biru tua.
Selanjutnya, dia mulai berbaur menikmati jam istirahat dengan beberapa kakak kelasnya yang baru saja ia kenal saat menyanyikan mars sekolah di dalam kelas pagi tadi.
Wakil Kepala SMP ini mengatakan minat orangtua sebenarnya cukup tinggi saat mendaftarkan anaknya ke sekolah ini.
"Tanya informasi banyak ke sini. Intinya ya calon siswa masih menunggu PPDB, tapi PPDB kan enggak selesai-selesai," kata dia, merujuk dua kali tahapan PPDB Kota Bekasi yang digelar masing-masing sepekan selama awal Juli.
Dari sekian peminat, faktanya, hanya ada dua orangtua yang sedari awal sudah mantap menyekolahkan putranya di sini. "Dari awal mereka sudah daftar di sini, (saya tanya) 'enggak ke SMP negeri?'. 'Di sini saja'. Langsung bayar," jelas wakil kasek.
Sebagai warga lokal yang juga tinggal di sekitar sekolah, ia mengaku mantap menyekolahkan cucunya di SMP swasta ini karena mengenal reputasinya.
"Dari tetangga juga tahunya bagus ini sekolahnya. Masyarakat bilang bagus, aman. Dia kan anaknya ada kelebihan, menurut saya aman," kata WH, kakek MG saat menanti cucunya pulang.
WH pun mengaku tak ambil pusing dengan sedikitnya jumlah teman-teman MG di sini. Malah, baginya, hal tersebut jadi salah satu bonus. "Enggak masalah. Kalau disekolahin di tempat yang ramai terus diapa-apain sama teman-temannya bagaimana?" kata dia.
Wakil Kepala Sekolah mengaku hanya bisa manut terhadap keputusan yayasan. Jika yayasan memutuskan SMP swasta ini tetap hidup, ia akan menjalaninya sepenuh hati. "Kita mencoba memberikan yang terbaik saja.
Berapa pun yang masuk, kita hantarkan dia sampai selesai," ucap wakil kasek. "Batas penerimaan siswa nanti dibatasi, dicut-off, kapannya dari negara. Kalau bisa juga kita enggak akan tutup penerimaan," imbuhnya.
Dengan kondisi ini, Wakil Kepala Sekolah akhirnya memutuskan, kegiatan belajar di sekolahnya memakai sistem moving class. Tujuannya agar ruangan-ruangan kelas yang tak terpakai bisa digunakan dan tetap terawat. Hanya saja, untuk menghemat biaya operasional, pendingin ruangan tak lagi digunakan.***
R24/bara