Menu

Kasus Diare di Kepulauan Meranti Masih Tinggi

Ahmad Yuliar 1 Aug 2019, 19:36
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Diskes, Muhammad Fakri /mad
Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Diskes, Muhammad Fakri /mad

RIAU24.COM -  SELATPANJANG – Jumlah kasus diare di Kepulauan Meranti masih cukup tinggi.  Setiap bulannya rata-rata lebih dari 300 kasus.

Hal ini diakibatkan masih minimnya masyarakat yang menggunakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Dinas Kesehatan (Diskes) menginginkan agar kesadaran masyarakat bisa lebih meningkat dalam menciptakan lingkungan sehat dan bersih.

“PHBS masyarakat kita masih cukup rendah. Karena penyebab utama terjadinya diare adalah karena lingkungan tidak bersih dan sehat,” ungkap Kepala Bidang Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Kabid P2P) Diskes, Muhammad Fakri, Kamis (1/8/2019).

Disebutkannya hingga kini, masyarakat di Kepulauan Meranti masih ada yang tidak memiliki tempat Mandi Cuci Kakus (MCK). Hal ini juga menjadi pemicu munculnya diare ditengah masyarakat.

“Kesadaran masyarakat sangat diperlukan. Sehingga diare bisa dicegah terjangkit kepada masyarakat kita,”sebutnya.

Fakhri membeberkan total kasus diare di Kepulauan Meranti dalam satu semester pada Tahun 2019 sebanyak 1,820 kasus. Secara rinci, pada Bulan Januari terjadi sebanyak 399 kasus, Februari 303 kasus, Maret 240 kasus, April 316 kasus, Mei 241 kasus dan Bulan Juni 321 kasus.

“Memang cukup banyak. Namun jika dilihat data setiap tahunnya, masih normal. Karena memang PHBS masyarakat kita masih rendah,” ungkap dia.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kepulauan Meranti, Asrul Meldi mengatakan dalam pencegahan berbagai jenis penyakit peran serta masyarakat sangat dibutuhkan. Terutama dalam menjaga lingkungannya.

“Dalam meningkatkan PHBS, kita berusaha membentuk kader kesehatan ditengah masyarakat. Melalui mereka dapat membantu menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat,” terangnya.

Menurutnya dalam mengatasi masalah kesehatan, program pencegahan akan lebih baik dibandingkan dengan pengobatan. “Dalam memaksimalkan pencegahan, pembentukan kader kesehatan sangat diperlukan. Semaki banyak semakin baik,” ujarnya.***


R24/phi/mad