Menu

Jika Terpilih Jadi Pemimpin Israel, Netanyahu Janji Usai Lembah Jordan, Akan Caplok Area Vital Lainnya

Riko 16 Sep 2019, 12:52
Benjamin Netanyahu
Benjamin Netanyahu

RIAU24.COM -  Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali mengumbar janji jika dia terpilih kembali sebagai pemimpin Israel. Dia mengatakan setelah Lembah Jordan dan blok-blok pemukiman utama di Tepi Barat, dirinya akan mencaplok area vital lainnya di Tepi Barat dari Palestina.

Menurutnya, hal itu akan dia lakukan dalam koordinasi dengan Amerika Serikat (AS). Pemilu Parlemen Israel akan digelar hari Selasa (17/9/2019) besok.

Sebelumnya, Netanyahu dalam kampanyenya berjanji akan mencaplok Lembah Jordan untuk melegitimasi kedaulatan Israel. Dia juga menjanjikan bahwa blok-blok permukiman besar di Tepi Barat akan tetap berada di bawah pemerintahan Israel dalam kesepakatan perdamaian di masa depan dengan Palestina.

Berbicara kepada Army Radio, Netanyahu mengungkap bahwa aneksasi atau pencaplokan wilayah secara berturut-turut sebagai proses yang didorong bersama dengan pemerintahan Donald Trump di AS.

Dalam wawancara tersebut Netanyahu ditanya tentang peta yang diterbitkan pada hari sebelumnya oleh kandidat pemimpin Israel kubu sayap kanan, Yamina Naftali Bennett, yang ia klaim adalah skema rencana perdamaian Trump yang lama tertunda untuk membagi Tepi Barat antara Israel dan Palestina.

Dugaan rencana, seperti yang dibagikan oleh Bennett di Facebook mencakup sebuah peta yang menunjukkan "pulau-pulau" kendali Israel yang mayoritas di Tepi Barat dengan sebagian disisihkan untuk negara Palestina.

Netanyahu menyebut peta yang dibagikan di Facebook itu merupakan "berita palsu". Dia mengaku tidak memiliki peta versinya sendiri karena ia sedang menunggu rilis rencana perdamaian dari Trump setelah pemilu Israel.

"Pertanyaan tentang siapa yang akan memastikan masa depan permukiman Yahudi jelas," kata Netanyahu," seperti dikutip Times of Israel, Senin (16/9/2019).

“Siapa yang akan dapat bernegosiasi dengan Presiden Trump? (Kandidat) yang lain tidak akan mampu melawan tekanan AS," ujarnya sambil mengklaim bahwa dirinya bertahan dari tekanan besar pemerintah AS era Clinton dan Obama untuk menghentikan pembangunan pemukiman.

"Ini adalah kesempatan bersejarah, karena setelah pertempuran epik, saya memimpin melawan tekanan untuk kembali ke garis 67, saya sekarang mengubah arah sejarah kita," kata Netanyahu. "Alih-alih penarikan, evakuasi dan konsesi, kami sekarang beralih ke pengakuan dan hak."

Netanyahu telah menyerukan untuk mencaplok Lembah Jordan sebagai taktik memenangkan pemilu. Para kritikus mengatakan Netanyahu sejatinya bisa melakukannya kapan saja dalam beberapa tahun terakhir jika dia benar-benar menginginkannya.

Tetapi perdana menteri tersebut mengatakan waktu yang dia miliki adalah bagian dari proses.

"Ada beberapa tahapan yang harus terjadi," kata Netanyahu. "Saya membuat mereka (pemerintahan Trump) mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel, setelah itu memindahkan kedutaan ke sana dan kemudian mengakui kedaulatan kita atas Dataran Tinggi Golan."

"Dan sekarang setelah upaya diplomatik besar-besaran, saya meletakkan dasar untuk mengakui kedaulatan Israel atas Lembah Jordan sebagai tembok pertahanan timur kita, dan setelah itu semua pemukiman dan area vital lainnya, mereka yang berada di blok (pemukiman) dan yang di luar," paparnya. "Dan semua itu, saya ingin lakukan bersama dengan Presiden Trump."

"Ini akhirnya akan menentukan perbatasan timur kita," kata Netanyahu. "Tidak ada peta, saya menunggu Presiden Trump setelah pemilu," ujarnya.

Komentarnya muncul setelah kabinet Israel pada hari Minggu menyetujui proposal untuk mulai melegalkan pos di Lembah Jordan setelah Jaksa Agung Avichai Mandelblit membatalkan penentangannya terhadap rencana tersebut.

 

Sumber: Sindonews