Menu

Kewalahan Hadapi Virus Corona Yang Terus Makan Korban, Cina Ajak Rusia Kerja Sama Temukan Obat Penyembuh

Satria Utama 29 Jan 2020, 19:47
Virus Corona
Virus Corona

RIAU24.COM -  Pemerintah Cina semakin kewalahan menghadapi perkembangan virus Corona. Jumlah korban yang terjangkit maupun yang meninggal dunia terus bertambah.

Hingga berita ini ditulis, total jumlah kasus virus Corona terus meningkat. Untuk jumlah kasus terjangkit Corona, angkanya sudah mencapai lebih dari 6000 orang. Adapun jumlah korban meninggal naik dari 106 menjadi 132 per hari ini. Penambahan tersebut semuanya berasal dari Provinsi Hubei, Cina.

Kondisi ini mau tak mau membuat Cina mulai mencari bantuan dari luar negeri. Kabar terbaru, Cina bekerja sama dengan Russia untuk menciptakan vaksin virus Corona. 

"Pemerintah Cina di Beijing sudah menyerahkan sample genome dari virus Corona ke Moskow," ujar perwakilan konsulat Russia sebagaimana dikutip dari kantor berita Reuters, Rabu, 29 Januari 2020.

Russia, sejauh ini, belum menghadapi kasus virus Corona. Walau begitu, mereka sudah mengambil sejumlah langkah penting mulai dari menutup perbatasan ke Cina hingga 7 Februari, mengembangkan rencana penangkalan virus Corona, serta melakukan pemeriksaan ketat terhadap orang-orang yang baru saja kembali dari Cina.

"Peneliti kami mengembangkan test kilat yang memungkinkan untuk mengetahui ada tidaknya virus Corona di tubuh seseorang dalam waktu dua jam," ujar Konsulat Russia dalam keterangan persnya.

Russia juga tengah berupaya untuk menyelamatkan warganya dari Wuhan, kawasan penyebaran virus Corona. Namun, upaya diplomatis yang dilakukan ke Pemerintah Cina belum memberikan hasil.

Virus yang memiliki nama resmi 2019 nCoV Corona atau Novel Corona itui sendiri memang belum ada obatnya. Meski 85 persen karakteristiknya sama dengan virus SARS, yang merupakan mutasi dari Corona, bukan berarti bisa diobati dengan cara yang sama.

Pemerintah Cina sempat berinisiatif menggunakan obat HIV AIDS untuk menekan gejala virus yang menyebabkan demam dan gangguan pernafasan itu. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka mulai fokus mengembangkan vaksin sendiri. 

Belum diketahui apakah kerjasama dengan Russia ini dilakukan bersama-sama di Cina atau secara terpisah.***