Menu

Benar-benar Miris, Perawat Pasien Corona Diusir dari Kos dan Terpaksa Tinggal di Rumah Sakit

Siswandi 24 Mar 2020, 16:47
Para perawat yang mengani pasien penderita virus Corona. (ilustrasi) Foto: int
Para perawat yang mengani pasien penderita virus Corona. (ilustrasi) Foto: int

RIAU24.COM -  Kejadian ini benar-benar bikin miris. Tak hanya menghadapi resiko besar dalam pekerjaan, para perawat pasien virus Corona juga harus menghadapi fakta pahit dalam kehidupan bermasyarakat. Pasalnya, ada di antara mereka yang diusir dari kosnya sehingga terpaksa harus menginap di rumah sakit. 

Kondisi itulah yang dialami perawat pasien Corona di RS Persahabatan Jakarta. Mereka mendapat stigma karena dianggap sebagai pembawa virus. Buntutnya, ada yang terpaksa tinggal di rumah sakit karena diminta meninggalkan kamar kosnya.

"Kami mendapat laporan dari perawat itu bahwa ada teman-temannya tidak kos lagi di sana, di tempat kosnya. Karena setelah diketahui rumah sakit tempat bekerjanya tempat rujukan pasien COVID-19. Mereka sekarang, saya sudah tanya mereka, tinggalnya di rumah sakit dulu," ungkap Ketua Umum Persatuan Perawat Nasional Indonesia, Harif Fadhilah, Selasa 24 Maret 2020.

Karena itu, tambahnya, pihak manajemen rumah sakit sedang berusaha mencarikan tempat tinggal untuk perawat yang jadi korban stigma tersebut. "Sementara dan pihak manajemen rumah sakit sedang berusaha mencarikan tempat tinggal yang layak untuk mereka bisa transit," ujarnya, dilansir detik. 

Harif mengaku sementara ini laporan terkait stigma tersebut baru dia terima dari para perawat di RS Persahabatan. Sedangkan untuk perawat di rumah sakit rujukan lainnya belum ada laporan secara langsung kepada Persatuan Perawat Nasional Indonesia.

"Di tempat lain belum secara langsung. Ya yang kami dapat laporan langsung seperti itu," akunya. 

Dia mengaku juga mendengar adanya stigma yang dialami keluarga petugas medis. Namun dia belum mengkonfirmasi secara langsung. "Itu baru berita, tapi saya belum memastikan betul. Jadi cerita dari teman-teman, jadi cerita berantai. Namun gejala itu ada," ucap Harif.

Tak hanya itu, stigma serupa juga dirasakan mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa kedokteran spesialis RS Persahabatan.

Harif mengaku kecewa dengan sikap masyarakat yang seperti itu. Menurutnya, diperlukan edukasi secara terus-menerus agar masyarakat paham tentang penularan virus Corona tersebut, sehingga stigma seperti itu tak muncul lagi. ***