Menu

Perjuangan Tenaga Medis Merawat Korban Covid-19, Tahan Pipis 10 Jam dan Peras ASi di Waktu Senggang

Satria Utama 1 Apr 2020, 11:12
Perjuangan Tenaga Medis Merawat Korban Covid-19
Perjuangan Tenaga Medis Merawat Korban Covid-19

RIAU24.COM -  Para dokter dan perawat menjadi garda terdepan penanganan virus Corona atau Covid-19. Bagaimana tidak, mereka harus berhadapan langsung dengan pasien yang terjangkit virus Covid-19.

Meski beresiko terpapar virus Corona dan minimnya alat kesehatan, mereka terus bersemangat untuk bekerja memberikan pelayanan dan pengobatan kepada para pasien. Banyak kisah haru yang terjadi di bilik-bilik rumah sakit yang merawat para pasien corona tersebut.

Salah satunya diceritakan Debryna Dewi yang bekerja sebagai dokter di RS Wisma Atlet. Debryna bercerita tentang Alat pelindung diri (APD) yang bagi para petugas medis merupakan pertahanan utama dalam menangkal Covid-19.

Selama bertugas, pakaian tersebut tidak boleh dilepas. Tenaga medis tidak boleh makan, minum, dan buang air. Pertama, kata Debryna, para dokter harus mengenakan APD hampir sepuluh jam.

“Bagaimana kalau lapar, haus dan lainnya? Bagi yang sudah biasa puasa akan oke sih. Tapi untuk menahan pipis itu susah sih. Kalau saya sih mentalnya belum kuat untuk pakai popok. Jadi saya berusaha menahan sekuat mungkin,” kata Debryna, seperti dilansir BBC News Indonesia, Rabu (1/4/2020).

Ia melanjutkan, para petugas medis pun selalu was-was jika pakaian pelindung tubuh yang bolong. “Ada keparnoan kalau ada bolong sedikit saja, parno gitu kan, jadi benar-benar keep checking ke teman. Jika ada yang sobek terus langsung diselotip. Itu sebenarnya agak ribet karena tiap kali lihat bolong langsung cari selotip dan pasang dulu,” ujarnya.

Menurut Debryna, selama bekerja di Wisma Atlet, para petugas medis tinggal di sana, tidak boleh ke mana-mana dan akan dikarantina 14 hari jika tugasnya selesai.

Tidak lupa, ia juga bercerita tentang makanan darurat atau ransum yang disumbangkan oleh Ikatan Dokter Indonesia. “Jadi masaknya di dalam kotak ini, ada nasinya juga. Terus ini rasa nasi sambel goreng daging. Jadi di dalamnya ada dagingnya. Enak kok, beneran enak saya tidak bohong,” ujar Debryna yang selalu tersenyum.

Debryna mengaku kangen dengan keadaan dunia seperti dulu, seperti jalan-jalan ke luar dan mengunjungi restoran yang baru buka.

Lain lagi kisah, Afit yang bekerja sebagai suster yang merawat pasien Covid-19 di Wisma Atlet Kemayoran. Ia mengabadikan dan membagikan hari-hari yang dilewati kepada masyarakat melalui Youtube.

Para tenaga medis di Wisma Atlet diharuskan tinggal di tempat khusus yang disediakan dan jauh dari keluarga. Untuk mengobati rasa rindunya, ia selalu membawa baju anaknya yang masih membutuhkan air susu ibu (ASI).

Meski tak tinggal serumah dengan anaknya, Afit tetap memberikan ASI untuk si buah hatinya. Caranya, Afit memerah ASI di waktu senggang. ASI itu kemudian dijemput oleh suaminya.

“Alhamdulilah pagi ini sudah dapat susu (ASI) untuk anak saya di rumah, about sixty or something. Yah, tidak apa namanya juga ibu pekerja, yang ibu-ibu karier di luar sana juga tahu kalau kita ada sedikit gangguan akan berpengaruh sama produksi ASI kita,” kata Afit.

Saat ASI dijemput suami, Afit hanya hanya bisa berbicara dan bertatap muka dari kejauhan, tanpa bisa berpelukan melepas rindu. “Salam buat Aro (anak) yaa, makasih Momo (suami),” kata Afit sambil menatap suami berjalan meninggalkannya.***