Menu

Begini Detik-detik Terakhir Perawat Pertama di Indonesia yang Meninggal Karena Corona, Bikin Hati Menangis

Siswandi 1 Apr 2020, 15:14
Ninuk, perawat yang meninggal akibat virus Corona. Foto: int
Ninuk, perawat yang meninggal akibat virus Corona. Foto: int

RIAU24.COM - Ninuk (37) seorang perawat yang bertugas di RS CIpto Mangunkusomo di Jakarta, saat ini telah tiada. Yang Maha Kuasa telah memanggilnya pada 12 Maret 2020 lalu. Ia juga tercatat sebagai perawat pertama di Tanah Air, yang meninggal karena terjangkit virus Corona, yang diduga menular dari pasien yang dirawatnya. 

Di balik kejadian tragis yang menimpanya, sang suami Arul, masih menyimpan kisah tentang almarhumah sang istri.

"Saya hidup untuk orang yang saya sayangi dan mati untuk orang yang saya sayangi, termasuk (untuk) profesi saya," ungkap Asrul, menirukan kalimat yang pernah dilontarkan sang istri, saat berjuang melawan virus itu. 

Sebelum meninggal, Ninduk sempat mengalami demam hingga 39 derajat Celsius, kelelahan, diare dan sesak napas. 

Dilansir detik yang merangkum bbcindonesia, Rabu 1 April 2020, Arul mengenang saat-saat Ninuk terbaring lemah sebagai pasien RSCM karena penyakit yang dideritanya. Kala itu dia bertanya-tanya, apakah dia akan selamat atau tidak.

"Yah , aku positif Covid-19... masih bisa hidup nggak aku ya?" tanya Ninuk, seperti disampaikan Arul.

Menurut Arul, ketika itu ia mencoba menenangkan Ninuk yang terus merasakan nyeri dan mengeluarkan keringat saat dia dirawat. Dia mengatakan hidup-mati manusia berada di tangan Tuhan dan manusia hanya bisa berdoa serta berusaha.

"Saya bilang tenang saja. Allah yang memberikan sakit, Allah juga yang menyembuhkan. Saya hanya bisa menyemangati saat itu," cerita Arul.

Kondisi Ninuk yang dirawat di IGD RSCM tak kunjung membaik. Ia mengalami kesulitan bernapas hingga harus dibantu ventilator. Sejak itu keluarga dilarang bertemu dengan Ninuk yang akhirnya dirawat di rumah sakit rujukan COVID-19, RSPI Sulianti Saroso, Jakarta Utara. 

Dua hari setelah diisolasi, duka itu akhirnya benar-benar terjadi. Ninuk harus berpulang ke rahmatullah.

Kepergian Ninuk tentu jadi pukulan berat bagi Arul dan kedua anaknya. Apalagi, mereka tidak bisa melihat jenazah orang terkasih untuk terakhir kalinya, dikarenakan prosedur pemakaman pasien virus corona harus melalui tahapan khusus. Dibungkus plastik, tak dimandikan dan langsung dikubur, tanpa dihadiri pelayat.

Kepada kedua anaknya, Arul mencoba memberi pengertian dengan mengatakan bahwa ibu mereka meninggal secara terhormat. Ninuk telah menjadi pahlawan di garda depan untuk menyembuhkan pasien-pasien nya.

"Saya sebagai ayahnya, saya bilang mama itu pahlawan. Mereka bangga punya ibu seperti itu, yang secapek apa pun setelah dinas, nggak pernah marah atau menunjukkan dia lelah," tuturnya.

Ninuk sudah bekerja sebagai perawat di RSCM selama 12 tahun. Sebelum meninggal, dia tercatat sebagai mahasiswi D-4 keperawatan di Jakarta Selatan. Ninuk juga menjalani praktik lapangan di Rumah Sakit Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan, Grogol, Jakarta Barat. 

Arul menduga Ninuk terpapar virus corona saat bertugas di RSCM atau RS Grogol. Almarhumah istrinya pun tidak tahu apakah dia pernah menangani pasien COVID-19. Menurut sepengetahuannya, Ninuk tidak diperlengkapi dengan APD (alat pelindung diri) saat menangani pasien. ***