Menu

Fakta Lain Seputar Jenderal Pramono Edhie, Tolak Suap Puluhan Miliar dari Broker Alutsista

Siswandi 14 Jun 2020, 21:35
Pramono Edhie Wibowo
Pramono Edhie Wibowo

RIAU24.COM -  Mantan almarhum Jenderal Pramono Edhie Wibowo, pada dasarnya bukanlah sosok yang anti pengusaha. Khususnya bagi pengusaha yang bergerak di bidang pengadaan alat utama sistem kesenjataan (Alutsista) TNI. Namun satu hal yang menjadi pantangannya, ia tak rela bila ada pengusaha yang mengambil keuntungan berlipat ganda sehingga memberatkan keuangan negara.

Karena itu sejak menjadi KSAD, Jenderal Pramono Edhie selalu melakukan cek ulang tentang harga-harga alutsista yang ditawarkan para broker. Bila ia melihat si broker mengambil untung secara keterlaluan, maka tanpa ragu ia pasti akan langsung memutusnya.

Seperti dituturkan Guru Besar Ilmu Komunikasi Universitas Moestopo, Prof Rajab Ritonga, Minggu 14 Juni 2020, selain pengadaan tank Leopard yang sempat disorot, Sang Jenderal pernah menolak iming komisi atau suap pengadaan sebanyak 5.000 unit teropong Trijicon. Teropong buatan Amerika Serikat itu akan digunakan untuk melengkapi senapan serbu SS1 buatan Pindad.

Kisah tentang penolakan itu, ikut dimuat dalam bukunya "Pramono Edhie Wibowo: Cetak Biru Indonesia ke Depan". 

"Bayangkan, harga teropong yang ditawarkan Rp30 juta, padahal dari pabriknya cuma Rp9 juta," ungkapnya, kepada detik. 

Merasa aneh dengan tawaran itu, tulis Rajab, Pramono meminta stafnya mencari tahu soal harga teropong di pasar bebas. Dia mendapat laporan harganya Rp19 juta. Namun ia belum puas. Karena itu, ia pun mengutus perwiranya ke AS. Hasilnya ternyata mengejutkan. Soalnya, ternyata harga teropong itu dari pabriknya cuma Rp9 juta per unit.

Hanya saja, pihak pabrik menolak menjual langsung ke TNI-AD. Alasannya sudah terikat kontrak dengan broker di Singapura. Si broker lantai menawarkan harga menjadi Rp24 juta per unit, dengan iming-iming Rp4 juta di antaranya untuk Jenderal Pramono Edhie.

"Dengan nilai-nilai kejujuran yang dipegangnya, Jenderal Pramono Edhie menampik peluang komisi Rp20 miliar tersebut," tambahnya. 

Selain itu, Pramono Edhie juga dikenal hidup sederhana. Ketika menikahkan anak perempuannya, saat itu dia menjabat KSAD, dia tidak menggelar pesta. "Beliau juga biasa berpergian naik pesawat di kelas ekonomi," kata Rajab.

Pramono Edhie Wibowo pensiun pada 2013. Namun pada Sabtu malam (13/6/2020) kemarin, ceritanya jadi berubah. Pramono Edhie Wibowo menghembuskan nafas terakhirnya di RS Cimacan karena sakit Jantung. 

Adik ipar mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dimakamkan di TMP Kalibata, berdampingan dengan makam sang kakak, Ani Yudhoyono, Minggu siang tadi. ***