Menu

Tragis, Karyawan E-Commerce Di Cina Meninggal Karena Terlalu Banyak Bekerja

Devi 6 Jan 2021, 16:14
Foto : Kompas.com
Foto : Kompas.com

RIAU24.COM -  Kematian seorang karyawan berusia 22 tahun karena beban kerja yang berlebihan memicu protes dari netizen di China. 

Hingga Rabu, 6 Januari, berita meninggalnya karyawan perusahaan e-commerce Pinduoduo sudah dilihat 780 kali. Konten tersebut juga menuai komentar sengit di media sosial Tiongkok, Weibo.

Pinduoduo dilaporkan telah menanggapi kematian karyawannya di akun resmi. Mereka mengklaim bahwa semua karyawan tingkat terendah menghadapi situasi "hidup untuk uang" dan ini bukan masalah modal, tetapi masalah sosial.

Namun, Pinduoduo membantah ada tanggapan yang sempat mendapat kecaman dari netizen. Pinduoduo awal pekan lalu membenarkan bahwa karyawannya meninggal dunia setelah mendapat pertolongan pertama karena ditemukan pingsan sepulang kerja hingga pukul 01.30 waktu setempat atau pukul 00.30 WIB.

Seorang pria yang mengaku sebagai karyawan Pinduoduo di Weibo memposting komentar bahwa dia bekerja sampai jam 2 atau 3 pagi. Karyawan memprotes perusahaan tahun lalu karena keterbatasan jumlah toilet. Toilet hanya ada delapan dengan jumlah karyawan mencapai seribu orang.

Bukan yang pertama kali
Sementara itu, media penyiaran China memberitakan kematian karyawan akibat beban kerja yang berlebihan bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada 19 Desember 2020, seorang karyawan Shanghai Shangtang Techology berusia 47 tahun tiba-tiba meninggal di luar lokasi perusahaan peralatan kebugaran.

Sebelumnya pada 4 Desember 2020, seorang karyawan Gome Electric Fuzhou Branch yang berusia 27 tahun meninggal mendadak saat menghadiri pertemuan akhir tahun. Keluarga kedua korban menyatakan bahwa hasil uji forensik menunjukkan keduanya meninggal akibat terlalu banyak bekerja.

Industri internet Kuaishou mengumumkan model kebijakan "minggu besar dan minggu kecil" untuk semua karyawannya yang berlaku mulai 10 Januari 2021. Kebijakan tersebut berarti bekerja lima atau enam hari per minggu.

ByteDance selaku pengelola TikTok pun telah mengimplementasikan model ini. Pinduoduo memberlakukan enam hari kerja per minggu.

Sejak 2019, karyawan perusahaan internet di China telah melaporkan "996 insiden" karena menolak sistem lembur paksa. Huawei, Alibaba, Ant Financial, JD.com, 58.com, Suning, Pinduoduo, DJI, dan banyak perusahaan internet lainnya semuanya ada dalam daftar laporan karyawan.

"Insiden 996" mengacu pada sistem kerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam, dengan 6 hari kerja dalam seminggu dan hanya satu jam istirahat. Itu berarti karyawan bekerja lebih dari sepuluh jam per hari.

“Kerja lembur sangat sering dan tanpa uang tambahan. Banyak rekan kerja baru pulang setelah jam 10 malam. Kadang-kadang tidak banyak pekerjaan, tetapi jika ketua tim tidak pulang sampai jam 10 malam, tidak ada karyawan yang berani pulang lebih awal, "ujar Ma Lishen, karyawan sebuah perusahaan internet di Shanghai saat diwawancarai CGTN.

Prof Shen Jianfeng dari Fakultas Hukum Universitas Pusat Keuangan dan Ekonomi menyatakan bahwa sistem 996 bekerja dengan melanggar peraturan pembatasan jam kerja. Untuk melindungi kesehatan fisik dan mental karyawan, pemerintah China telah menerapkan sistem kerja delapan jam per hari atau 44 jam per minggu, kata Prof Shen seperti dikutip oleh Legal Daily.