Menu

Kisah Ribuan Warga yang Hidup di Bawah Bayang-bayang Ketakutan Terhadap Erupsi Gunung Berapi di Indonesia

Devi 6 Dec 2021, 14:39
Foto : Aljazeera
Foto : Aljazeera

RIAU24.COM - Dikelilingi oleh pemandangan apokaliptik abu cair dan lumpur, penduduk yang tinggal di bawah bayang-bayang Gunung Semeru di Indonesia menyisir barang-barang yang hancur setelah rumah mereka diselimuti oleh letusan gunung berapi pada hari Sabtu.

Para ayah menggendong anak perempuannya, penduduk desa yang sudah tua mengangkat kasur di punggung mereka dan petani membawa kambing yang selamat, mencoba menyelamatkan apa yang mereka bisa dari tempat desa mereka dulu ada.

“Kami tidak tahu kalau itu lumpur panas,” kata Bunadi, warga Kampung Renteng.

“Tiba-tiba, langit menjadi gelap karena hujan dan asap panas datang.”

 

Letusan itu telah menewaskan 14 orang dan melukai 56 orang, kata seorang pejabat badan mitigasi bencana, Minggu. Cedera, 35 di antaranya parah, lebih rendah dari jumlah sebelumnya 98. Pejabat itu juga mengatakan 1.300 orang telah dievakuasi.

Itu juga menyebabkan banyak tunawisma dan ratusan mengungsi ke tempat penampungan. Di sebuah masjid setempat, para ibu duduk di lantai di samping anak-anak mereka yang sedang tidur, beruntung telah lolos dari banjir bandang yang menyelimuti seluruh desa dengan abu dan meninggalkan puluhan orang dengan luka bakar parah.

Beberapa kembali ke kota hantu mereka setelah letusan meskipun risiko kesehatan mereka dari udara kotor, putus asa untuk mengambil potongan-potongan dari lautan lumpur yang tajam.

Di salah satu rumah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, piring, periuk, dan mangkok diletakkan di atas meja seolah-olah makan malam sedang dihidangkan, tetapi makanan itu telah diganti dengan seporsi abu vulkanik. Beberapa mencari mati-matian mencari teman dan kerabat yang hilang.

“Ada 10 orang yang terbawa semburan lumpur,” kata Salim, warga Kampung Renteng lainnya. “Salah satu dari mereka hampir diselamatkan. Dia disuruh lari tetapi berkata, 'Saya tidak bisa, siapa yang akan memberi makan sapi saya?'”

Atap-atap rumah di Desa Sumber Wuluh menyembul dari lapisan lumpur tebal, menyoroti derasnya volume yang turun di kawasan tersebut. Sapi-sapi terbaring mati atau bertahan hidup dengan daging mereka terkoyak oleh panas yang membakar.

Sebatang rokok tergantung di mulut seorang pengungsi saat dia ditarik ke tempat yang aman, sementara penyelamat yang mengenakan seragam oranye bekerja dengan latar belakang abu-abu gelap yang mengerikan. Sekelompok warga Sumber Wuluh berdiri bersama di atas abu, memandang ke arah kawah Semeru saat asap terus mengepul. Dengan pepohonan yang menghitam dan tak berdaun, mobil-mobil yang terendam air, dan gedung-gedung melengkung di sekelilingnya, mereka dan hewan-hewan mereka adalah satu-satunya kehidupan di mana segalanya menjadi sunyi.

Indonesia, negara kepulauan dengan lebih dari 270 juta orang, rentan terhadap gempa bumi dan aktivitas vulkanik karena terletak di sepanjang “Cincin Api” Pasifik, rangkaian garis patahan berbentuk tapal kuda.