Dapat Ancaman dari Taliban, Saluran TV Milik Perempuan Afghanistan Pantang Menyerah
“Anda tahu, bahkan sebelum mereka mengambil alih ibu kota, kami menyiarkan beberapa acara drama. Jadi, mereka menelpon dan berkata, 'drama macam apa itu? Siapa yang membayar Anda? Siapa yang mendukung Anda? Dari siapa Anda mendapat dana?’”
Dia mencoba untuk melanjutkan stasiun TV-nya setelah pengambilalihan Taliban, tetapi segera mendapati pekerjaannya itu disensor, terutama pada topik seperti perempuan yang berunjuk rasa menuntut untuk hak-hak mereka.
“Pada hari protes, saya pergi ke sana …. Saya hanya memasang beberapa foto di media sosial, tetapi kemudian mereka menelepon dan berkata, 'Anda tidak boleh memuat foto-foto itu,'" katanya.
Perempuan berkumpul untuk menuntut hak-hak mereka di bawah pemerintahan Taliban saat protes di Kabul, Afghanistan, 3 September 2021.
Ketika dia dilecehkan secara fisik di luar apartemennya suatu hari dan mengeluh kepada pejabat keamanan Taliban, Nabi mengatakan mereka menolak untuk menolong, kecuali dia membawa kerabat laki-laki untuk mengadukan atas namanya.
Stafnya yang berjumlah 50 orang telah meninggalkan negara itu karena takut akan Taliban. Saluran TV-nya tidak berjalan lagi. Dia tidak punya penghasilan. Tetapi dia mengatakan tidak ada yang mematahkan semangatnya. Berbekal kamera dan komputer, Nabi berencana melanjutkan perjuangan demi kebebasan berpendapat, meski berisiko.