Menu

Sri Lanka Menghadapi Krisis Pangan Buatan Manusia Karena Petani Berhenti Menanam

Devi 18 May 2022, 09:50
Mahinda Samarawickrema mengatakan tanaman pisangnya mungkin gagal karena kekurangan pupuk kimia [Zaheena Rasheed/ Al Jazeera]
Mahinda Samarawickrema mengatakan tanaman pisangnya mungkin gagal karena kekurangan pupuk kimia [Zaheena Rasheed/ Al Jazeera]

Hasilnya adalah penurunan dramatis dalam hasil pertanian di seluruh negeri. Angka resmi belum tersedia untuk panen Maret, tetapi para ahli memperkirakan penurunan antara 20 hingga 70 persen, tergantung pada tanamannya.

Untuk beras, makanan pokok Sri Lanka, produksi turun antara 40 dan 50 persen secara nasional pada Maret, menurut perkiraan. Penurunan tersebut mengakibatkan negara kepulauan itu mengimpor sekitar 300.000 metrik ton beras dalam tiga bulan pertama tahun ini – meningkat tajam dibandingkan dengan 14.000 metrik ton yang diimpornya pada tahun 2020. Semua ini terjadi saat negara tersebut dilanda krisis valuta asing yang membuat pemerintah tidak mampu membayar impor penting, termasuk bahan bakar dan obat-obatan. Kekurangan telah menyebabkan inflasi yang sangat tinggi, antrian panjang untuk solar , pemadaman listrik bergilir hingga 13 jam dan peringatan "jumlah kematian yang dahsyat" dari dokter. Puluhan ribu orang juga turun ke jalan sebagai protes , menyalahkan salah urus pemerintah atas kesengsaraan Sri Lanka dan menuntut Rajapaksa dan saudara-saudaranya yang berkuasa mundur dari jabatan mereka. Kakak laki-laki presiden, Mahinda Rajapaksa, terpaksa mengundurkan diri sebagai perdana menteri awal bulan ini setelah malam kerusuhan mematikan, di mana pengunjuk rasa membakar properti yang terkait dengan keluarga Rajapaksa dan politisi partai pemerintahan lainnya.

Namun, presiden terus menolak seruan agar dia mundur.

Dia juga awalnya membantah bertanggung jawab atas krisis tersebut, menyalahkan beban utang Sri Lanka yang tinggi dan pandemi COVID-19, yang menghantam sektor pariwisata yang menguntungkan di negara itu dengan keras. Tetapi ketika protes semakin meningkat, presiden mengakui pada 14 April bahwa dia telah membuat “kesalahan” yang perlu “diperbaiki”.

Pemerintahnya juga telah beralih ke Dana Moneter Internasional untuk bailout dan berjanji untuk mengembalikan subsidi pupuk, meskipun belum memberikan rincian kebijakan.

“Presiden telah sepakat bahwa peralihan ke organik dilakukan terlalu cepat. Kami telah memahami kesalahan dan kami akan segera menyediakan pupuk yang dibutuhkan petani,” kata Janaka Wakkumbura, yang sempat menjabat sebagai menteri pertanian pada April setelah semua menteri Rajapaksa mengundurkan diri pada Maret karena krisis ekonomi yang memburuk.

Halaman: 234Lihat Semua