Menu

Berburu Ular Sanca di Florida, Diantara Keuntungan dan Resiko Untuk Mati

Devi 18 Aug 2022, 09:15
Ular piton Burma yang diselamatkan terbaring di dalam sangkar di sebuah biara yang telah berubah menjadi suaka ular di pinggiran Yangon, Myanmar, 26 November 2020. (Foto: REUTERS/Shwe Paw Mya Tin)
Ular piton Burma yang diselamatkan terbaring di dalam sangkar di sebuah biara yang telah berubah menjadi suaka ular di pinggiran Yangon, Myanmar, 26 November 2020. (Foto: REUTERS/Shwe Paw Mya Tin)

RIAU24.COM - Enrique Galan begitu bahagia ketika dia menghilang jauh ke pedalaman Everglades untuk memburu ular piton Burma, spesies invasif yang telah merusak ekosistem lahan basah Florida selama beberapa dekade.

Saat tidak bekerja, pria berusia 34 tahun ini memilih untuk menghabiskan waktunya untuk melacak reptil nokturnal dari Asia Tenggara tersebut.

Galan yang bekerja sebagai komedian di Miami ini, memiliki pekerjaan sampingan sebagai pemburu profesional, yang disewa oleh Komisi Konservasi Ikan dan Margasatwa Florida untuk membantu mengendalikan populasi ular sanca, yang populasinya diperkirakan mencapai puluhan ribu.

Pada malam hari, Galan akan berkendara perlahan sejauh bermil-mil di jalan beraspal dan trek penuh kerikil, senternya akan 'bermain' di tepi berumput dan akar pohon, dan di tepi sungai, tempat buaya sesekali terlihat berkeliaran mencari mangsa.

Dia akan meminta upah sekitar USD 13 (Rp 193 ribu) per jam dan biaya tambahan untuk setiap ular piton yang ditemukan yakni USD 50 (sekitar Rp 750ribu) jika panjang ular mencapai empat kaki, dan akan bertambah USD 25 (Rp 375ribu) untuk setiap 1 meternya.

Namun  Galan mengaku saat bekerja pada bulan Agustus, ia mengalami sedikit kesulitan akibat perubahan yang cukup ekstrim di malam hari.

Dan kini motivasi Galan berburu ular semakin besar. Ia mendapat kabar jika Komisi Konservasi Ikan dan Satwa Liar Florida telah mengadakan kontes berburu ular piton selama 10 hari, dengan 800 orang berpartisipasi.

Hadiahnya adalah USD 2.500 untuk siapa saja yang berhasil menemukan dan membunuh ular sanca terbanyak di setiap kategori baik itu kategori pemburu profesional dan amatir.

Dan Galan ingin sekali memenangkan uang itu untuk menyambut kelahiran bayi laki-lakinya.

"Saya igin menang. Saya ingin menggunakan uang itu untuk menyambut kelahiran anak laki-lakiku, " kata Galan.

Piton Burma, yang awalnya dibawa ke Amerika Serikat sebagai hewan peliharaan, telah menjadi ancaman bagi Everglades sejak manusia melepaskannya ke alam liar pada akhir 1970-an. Ular itu tidak memiliki pemangsa alami, dan memakan reptil, burung, dan mamalia lain seperti rakun dan rusa berekor putih.

"Mereka pemangsa yang luar biasa," kata Galan dengan kagum.

Spesimen di Everglades rata-rata panjangnya antara enam dan sembilan kaki, tetapi menemukannya di malam hari di lahan basah seluas lebih dari 1,5 juta acre (607.000 hektar) membutuhkan keterampilan dan kesabaran. Namun bukan Galan namanya jika ia gampang menyerah.

Memiliki mata yang terlatih, serta keberanian dan tekad, membuat begitu bersemangat dalam melakoni pekerjaan tersebut.  Setelah dua malam yang gagal, dia akhirnya melihat bayangan ular di bahu Jalan Raya 41 Florida.

Dia melompat keluar dari truknya dan menerjang binatang itu, dan voilaaaa!

Sekor bayi piton Burma tertangkap.

Meraih bayi Piton dengan memegang bagian belakang kepala ular agar tidak digigit, dengan lincah Galan memasukkannya ke dalam kantong kain dan mengikatnya dengan tali.  Galan kemudian membunuhnya beberapa jam kemudian dengan senapan angin.

Beberapa mil kemudian, seekor ular piton besar terlihat merayap melintasi landasan. Galan kembali turun dari truknya. Tapi sayang, kali ini ular itu berhasil melarikan diri ke rerumputan, meninggalkan aroma musky yang kuat, sebuah tanda dari ular yang berusaha melakukan pertahanan.

Galan mengaku mengambil kursus pelatihan online sebelum berburu ular sanca, tetapi mengatakan dia belajar semua yang dia tahu dari Tom Rahill, pria berusia 65 tahun yang mendirikan asosiasi Swamp Apes, 15 tahun lalu untuk membantu veteran perang menangani kenangan traumatis melalui berburu ular sanca.

Selama beberapa jam, Rahm Levinson, seorang veteran perang Irak yang menderita gangguan stres pasca-trauma, ikut berburu dengan Rahill dan Galan.

"Itu benar-benar membantu saya melalui banyak hal. Saya tidak bisa tidur di malam hari dan meminta seseorang menemani saya keluar pada jam 12, jam 2 pagi, dan menangkap ular sanca adalah sesuatu yang produktif dan bagus," katanya.

Galan bangga untuk berpartisipasi dalam proyek yang telah menghilangkan lebih dari 17.000 ular sanca sejak tahun 2000.  "Salah satu hal terbaik yang saya dapatkan adalah ternyata banyak sekali keindahan tersembunyi yang bisa saya nikmati. Jika Anda melihat lebih dekat, buka mata Anda dan amati, Anda akan melihat banyak keajaiban di sini," katanya.