Menu

Xi Jinping China Janji Rumuskan Kebijakan, Tingkatkan Angka Kelahiran di Tengah Meningkatnya Angka Populasi Lansia

Zuratul 16 Oct 2022, 22:32
Potret Presiden China, Xi Jinping. (Dok. RMOL)
Potret Presiden China, Xi Jinping. (Dok. RMOL)

RIAU24.COM - Presiden Republik China Xi Jinping berjanji untuk membawa kebijakan baru yang dapat menahan jatuhnya tingkat kelahiran karena kekhawatiran meningkat atas meningkatnya populasi yang menua di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Berbicara kepada sekitar 2.300 delegasi di kongres Partai Komunis China (PKC) di Beijing setelah mengamankan masa jabatan lima tahun ketiga tanpa tekanan pada hari Minggu. 

"Kami akan membangun sistem kebijakan untuk meningkatkan angka kelahiran dan mengejar strategi nasional proaktif dalam menanggapi penuaan populasi," ungkap Xi Jinping mengutip Wion. 

Para ahli mengatakan tingkat kelahiran China diperkirakan turun di bawah 10 juta pada 2022 dari 10,6 juta tahun lalu—sudah turun 11,5 persen dari 2020, lapor kantor berita Reuters.

Pada tahun 2021, tingkat China adalah 1,16, yang berada di bawah standar 2,1 OECD untuk populasi yang stabil, menjadikannya salah satu yang terendah di dunia.

China telah mengambil berbagai langkah untuk meningkatkan pertumbuhan penduduknya. Setelah membatalkan kebijakan satu anak pada tahun 2015, pihak berwenang memperkenalkan kebijakan tiga anak pada tahun 2021, yang bertujuan untuk mencegah penurunan tajam dalam angka kelahiran.

Selain itu, Beijing juga telah memperkenalkan berbagai sop untuk mendorong pasangan agar memiliki lebih banyak anak. Langkah-langkah ini termasuk pemotongan pajak, cuti hamil yang lebih lama, asuransi kesehatan yang ditingkatkan, subsidi perumahan, uang tambahan untuk anak ketiga dan tindakan keras terhadap les privat yang mahal.

Ini terjadi pada saat pihak berwenang China telah mewaspadai populasi India yang melebihi populasi mereka.

Sekedar informasi, menurut laporan PBB pada tahun 2019, pada tahun 2027 India diperkirakan akan menambah hampir 273 juta orang diantara tahun 2022 dan 20250, lebih banyak di China dan diperkirakan akan tetap menjadi negara terpadat hinggga akhir abad ini. 

(***)