Menu

Waketum Garuda Sebut Dubes Amerika Serikat Tak Etis Usai Kritik KUHP

Amastya 9 Dec 2022, 08:38
Teddy Gusnaidi sebut dubes AS untuk Indonesia tak etis usai kritik KUHP
Teddy Gusnaidi sebut dubes AS untuk Indonesia tak etis usai kritik KUHP

RIAU24.COM - Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) untuk Indonesia yakni Sung Yong Kim mengkritik isi Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) usai disahkan Dewan Perwakilan Republik Indonesia (DPR RI).

Merepon hal tersebut, Teddy Gusnaidi selaku Wakil Ketua Umum (Waketum) Partai Garuda menilai sikap Dubes AS tersebut tidaklah etis.

Teddy mengatakan bahwa ketika ada warga negara Indonesia (WNI) yang tidak setuju dengan pasal di KUHP, maka ada jalur untuk menggugatnya yaitu di Mahkamah Konstitusi (MK).

Di MK bisa diuji dan diputuskan apakah pasal dalam KUHP itu bertentangan dengan UUD 1945 atau tidak.

“Tapi bagaimana kalau yang tidak setuju Warga Negara Asing? Duta besar Amerika Serikat yang bernama Korea yaitu Sung Yong Kim mengkritik keras pasal dalam KUHP, Kim menyatakan salah satu pasal di KUHP berdampak negatif terhadap iklim investasi di Indonesia. Tentu pernyataan ini tidak etis, sebagai tamu sebaiknya menghormati aturan main negara ini,” kata Teddy dalam keterangan tertulis, Kamis (8/12/2022).

Teddy juga melanjutkan jika mau dijabarkan, maka bisa jadi banyak aturan di Amerika Serikat yang tidak sesuai dengan prinsip masyarakat Indonesia.

“Apakah kita bisa memaksa Amerika untuk ikut aturan yang kita buat? Tentu tidak, maka sebaliknya begitu, Amerika harus hormati aturan yang dibuat oleh Indonesia,” kata Teddy yang juga sebagai juru bicara Partai Garuda ini.

Diakhir ia mengungkapkan, sebaiknya pemerintah meminta Dubes Amerika yang bernama Korea itu untuk diganti.

“Ganti dengan orang yang tidak senang bergunjing, yang mampu memosisikan diri untuk tidak terlibat terlalu jauh dalam urusan internal sebuah negara. Kalau memang boleh, maka Indonesia bisa memaksa Amerika untuk mengubah konstitusi mereka dan mengikuti konstitusi Indonesia, agar supaya Amerika bisa lebih beradab. Apakah boleh begitu?” pungkasnya.

(***)