Menu

Update Korban Tewas Gempa Turki-Suriah: Capai Angka 21.000 Lebih, Warga Murka ke Erdogan 

Zuratul 10 Feb 2023, 10:17
Potret Presiden Erdogan yang Mengunjungi Lokasi Gempa Turki. (CNBC Indonesia/Foto)
Potret Presiden Erdogan yang Mengunjungi Lokasi Gempa Turki. (CNBC Indonesia/Foto)

RIAU24.COM - Korban tewas akibat gempa dahsyat yang melanda Turki dan Suriah telah memakan korban melampaui 21.051, Jumat (10/2/2023). 

Sebanyak 17.674 korban meninggal ditemukan di Tukri sementaar 3.377 di Suriah

Para ahli khawatir jumlahnya akan semakin meningkat. Apalagi hawa dingin yang saat ini melanda, menghambat pencarian ribuan orang yang masih tertimpa bangunan dan mengancam nyawa korban gemoa lain yang tak memiliki tempat berlindung serta air minum. 

"Tim penyellamat mencari korban selamat di lokasi bangunna yang runtuh dalam kegelapan di Kota Adiyaman dengan suhu di bawah titik beku," kata lembaga Penyiaran Turki dikutip Reuters. 

"Kami menemukan bibi saya, tapi bukan paman saya," kata Rania Zaboubi, seorang pengungsi Suriah yang kehilangan delapan anggota keluarganya, dimuat AFP.

"Situasinya sangat buruk. Dan tidak ada bantuan," kata warga lainnya, Ibrahim Khalil. 

Gempa terjadi Senin di pusat kota Kahramanmaras, Turki, dengan magnitudo 7,8. Dikutip BBC International, ini disebabkan aktivitas Anatolian Plate (Lempeng Anatolia).

Gempa kemudian disusul dengan gempa lain, di hari yang sama, dengan magnitudo 7,5. Itu diyakini makin menambah jumlah korban jiwa.

Tak hanya terasa di Suriah, gempa juga menggoyang Mesir, Lebanon, Yordania, Yunani. Bahkan memicu peringatan tsunami di Italia.

Kemarahan Warga ke Erdogan

Sementara itu, kemarahan meningkat atas penanganan bencana oleh pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Ini karena lamanya tim evakuasi pemerintah datang ke lokasi korban.

Seorang pejabat Turki mengatakan bencana itu menimbulkan "kesulitan yang sangat serius" untuk penyelenggaraan pemilihan yang dijadwalkan pada 14 Mei nanti. Erdogan diperkirakan akan menghadapi tantangan terberatnya dalam dua dekade berkuasa.

"Dengan kemarahan yang membara atas keterlambatan pengiriman bantuan dan upaya penyelamatan yang sedang berlangsung, bencana tersebut kemungkinan besar akan mempengaruhi pemungutan suara jika terus berlanjut," kata pejabat itu dimuat Reuters.

Perlu diketahui bencana datang saat ekonomi Turki tidak baik-baik saja. Inflasi masih tinggi 57,7%.

"Jika ada salah penanganan dalam upaya penyelamatan, masyarakat akan frustasi dan akan ada reaksi pergolakan," ujar pendiri Cribstone Strategic Macro, Mike Harris, dikutip dari CNBC International.

"Dan masalah lainnya tentu saja adalah gedung-gedung yang telah runtuh. Sejauh ini dibangun di bawah kode baru dan pihak berwenang tidak memberlakukan peraturan. Mungkin ada pukulan serius bagi Erdogan sehingga ia kehilangan kendali atas narasinya," lanjut Harris.

(***)