Menu

Temukan 12 Korban Anak dalam Satu Liang Kuburan Sekte Sesat di Kenya 

Zuratul 14 May 2023, 19:22
Temukan 12 Korban Anak dalam Satu Liang Kuburan Sekte Sesat di Kenya. (CNN/Foto)
Temukan 12 Korban Anak dalam Satu Liang Kuburan Sekte Sesat di Kenya. (CNN/Foto)

RIAU24.COM - Pencarian korban dan orang yang selamat dari sekte sesat di hutan Shakahola Kenya menemukan 22 mayat baru pada Sabtu (13/5/2023). 

Hal tersebut diungkapkan secara langsung oleh seorang pejabat daerah. 

Penemuan korban tewaa tersebut menambah daftar panjang korban dalam tragedi sekte mengerikan di Kenya yang saat ini sudah memakan 201 korban jiwa. 

"Tim forensik kami berhasil menggali 22 jenazah hari ini, tetapi kami belum melaporkan adanya penyelamatan," kata komisaris regional Rhodah Onyancha dikutip dari Reuters, Minggu (14/5/2023).

Rhodah menambahkan bahwa belum lama ini satu tersangka baru juga sudah ditangkap. Jumlah tersangka yang kini ditahan karena kasus kematian sekte sesat sudah mencapai 26 orang.

Pihak berwenang dalam beberapa minggu ini terus menggali kuburan dangkal yang tersebar di hutan untuk mencari sisa-sisa dan korban yang selamat. Hingga saat ini dilaporkan ada ratusan orang yang masih hilang.

Pada Jumat (12/5/2023) juga ditemukan 29 mayat yang berhasil digali oleh pihak berwenang. Penemuan mayat tersebut termasuk 12 anak yang ditemukan dalam satu kuburan.

Para korban tewas yang sudah ditemukan oleh tim forensik dan detektif dari Direktorat Investigasi Kriminal (DCI) diduga merupakan korban pengikut sekte sesat bernama Good News International Church. Pengikut sekte sesat di Kenya tersebut percaya bahwa mereka akan pergi ke surga jika mati kelaparan.

Banyak Korban Kehilangan Organ Tubuhnya

Dari banyaknya korban sekte sesat di Kenya, ditemukan juga banyak korban kehilangan organ. Polisi yang menyelidiki menduga bahwa korban tewas merupakan korban perdagangan organ manusia.

Dari otopsi yang dilakukan oleh pihak berwenang, penyebab kematian utama dari para korban adalah kelaparan. Namun, sebagian korban juga ada yang tewas karena mati lemas atau dipukuli hingga tewas.

"Laporan otopsi melaporkan organ dalam yang hilang dari beberapa korban yang ditemukan. Perdagangan organ tubuh manusia diyakini telah terkoordinasi dengan baik oleh beberapa pihak," ucap Inspektur Kepala Martin Munene dikutip dari The Mirror, Minggu (14/5/2023).

(***)