Menu

PBB: Banjir Bandang di Somalia Renggut 22 Nyawa dan 450.000 Orang Terkena Dampak

Amastya 15 May 2023, 06:42
Menurut para ahli, negara Somalia lebih sering mengalami peristiwa cuaca ekstrem dan dengan intensitas yang lebih besar akibat perubahan iklim /Twitter
Menurut para ahli, negara Somalia lebih sering mengalami peristiwa cuaca ekstrem dan dengan intensitas yang lebih besar akibat perubahan iklim /Twitter

RIAU24.COM - Banjir bandang yang disebabkan oleh hujan deras di Somalia tengah telah merenggut nyawa sedikitnya 22 orang dan menyebabkan lebih dari 450.000 orang terkena dampaknya, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA).

Sungai Shabelle meluap, memaksa puluhan ribu orang meninggalkan rumah mereka untuk mencari perlindungan.

OCHA pada hari Minggu melaporkan bahwa hampir 219.000 orang telah mengungsi dari rumah mereka, terutama di daerah rawan banjir.

"Perkiraan awal menunjukkan bahwa banjir bandang dan sungai di Somalia telah mempengaruhi setidaknya 460.470 orang, di antaranya hampir 219.000 telah mengungsi dari rumah mereka terutama di daerah rawan banjir, dan 22 tewas," kata OCHA.

“Banjir telah meninggalkan jejak kehancuran dan menggenangi rumah dan tanah pertanian, menghanyutkan ternak, menutup sementara sekolah dan fasilitas kesehatan, dan merusak jalan," kata badan tersebut dalam laporan situasinya.

Awal pekan ini, hujan deras menyebabkan air banjir masuk ke rumah dan bangunan di kota Beledweyne, yang terletak di wilayah Hiran.

Hal ini memaksa warga untuk segera mengumpulkan barang-barang mereka dan menyusuri jalanan yang terendam banjir untuk mencari perlindungan.

Berbicara kepada AFP, warga mengatakan bahwa banjir telah menjadi cobaan yang biasa, dengan seorang warga mengatakan bahwa ini adalah kelima kalinya dia melarikan diri dari banjir bandang di daerah Beledweyne.

Menurut para ahli, negara ini lebih sering mengalami peristiwa cuaca ekstrem dan dengan intensitas yang lebih besar akibat perubahan iklim.

Dikutip AFP, cuaca ekstrem tidak hanya terjadi di Somalia. Afrika Timur dan Tengah sering dilanda cuaca ekstrem selama musim hujan, menyebabkan kerusakan harta benda yang signifikan dan merenggut banyak nyawa.

Awal bulan ini, banjir dan tanah longsor yang dipicu oleh hujan lebat merenggut nyawa 135 orang di Rwanda, menyebabkan lebih dari 9.000 orang kehilangan tempat tinggal.

Pekan lalu, di bagian timur Republik Demokratik Kongo, lebih dari 400 orang tewas akibat hujan deras, banjir, dan tanah longsor.

Sesuai AFP, pada akhir 2019, Afrika Timur menderita dua bulan curah hujan tanpa henti, yang mengakibatkan kematian 265 orang dan pemindahan puluhan ribu orang di Burundi, Djibouti, Ethiopia, Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Tanzania dan Uganda.

(***)