Menu

6 Juni 1994: Tragedi Bencana Penerbangan Terburuk China, Pesawat Jatuh usai 10 Menit Terbang Tewaskan 160 Orang 

Zuratul 6 Jun 2023, 08:50
6 Juni 1994: Tragedi Bencana Penerbangan Terburuk China, Pesawat Jatuh usai 10 Menit Terbang Tewaskan 160 Orang. (Planesspotters/Foto)
6 Juni 1994: Tragedi Bencana Penerbangan Terburuk China, Pesawat Jatuh usai 10 Menit Terbang Tewaskan 160 Orang. (Planesspotters/Foto)

RIAU24.COM - Kecelakaan maut yangb terjadu pada 29 tahun silam, ketika sebuah pesawat domestik Chinba jatuh dan menewaskan 160 penumpang dan awaknya. 

Melansir Washington Post, pesawat jatuh 1o menit setelah lepas landas dari kota wisata Xian di China. 

Kecelakaan yang terjadi siang hari, Senin 6 Juni 1994 itu disebut sebagai salah satu bercana penerbangan terburuk di negara tersebut. 

Pesawat Tupolev-154 buatan soviet itu akan melakukan penerbangan dengan jadwal reguler di China Northwest Airlines dari Xian, sekitar 600 mil barat daya Beijing, ke Kota Guangzhou di China selatan. 

Penumpangnya berjumlah 146 ditambah 14 awak. Tak hanya penduduk China, didalamnya juga ada warga Amerika, Italia, dan Taiwan menurut New China News agency dan menteri luar negeri China. 

Penyebab jatuhnya Tupolev 154 tidak segera diketahui. 

Televisi nasional menunjukkan badan pesawat yang tidak hangus tergeletak dengan posisi telentang di sebuah lapangan.

Sementara itu, sebuah sayap tampak tergeletak agak jauh di sungai yang dangkal.

“Jenazah tergeletak satu per satu,” kata Zhang Jiexiong dari Pusat Darurat Xian kepada AP melalui telepon setelah kembali dari tempat kejadian.

“Sebagai manusia, sulit untuk menyaksikannya.” 

Laporan resmi China tidak melaporkan identitas para korban. 

Laporan lainnya menyebutkan bahwa hujan sedang turun saat kecelakaan itu terjadi.

China, yang memiliki pasar penerbangan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, disebut telah berjuang untuk meningkatkan catatan keselamatannya dalam beberapa tahun terakhir.

3 Insiden Dihari yang sama 

Semenjak adanya deregulasi pada tahun 1988 yang mengakibatkan 35 perusahaan penerbangan berbeda muncul, negara itu mulai mengalami banyak masalah.

Terjadi kekurangan pilot terlatih. Selain itu, fasilitas dasar pun disebut tidak mampu menangani pertumbuhan tersebut.

Di banyak daerah, manajemen dan program keselamatan hampir tidak ada.

Tupolev-154, pesawat yang jatuh tersebut, adalah jet jarak menengah dengan tiga mesin yang dibuat Soviet.

Perusahaan penerbangan China pada saat itu rupanya berinvestasi di sejumlah pesawat asing modern baru, yang ternyata terlalu rumit untuk pilot mereka.

Di hari yang sama, dua insiden penerbangan lainnya juga terjadi di wilayah tersebut.

Beberapa jam setelah kecelakaan itu, sebuah penerbangan domestik dengan 139 penumpang dan awak dibajak ke Taiwan. Dua jet tempur Taiwan segera mencegat aksi pembajakan tersebut.

Insiden lainnya, sebuah pesawat Airbus 320 yang diterbangkan oleh maskapai penerbangan yang berbasis di Hong Kong, Dragonair, meledakkan dua ban saat mendarat darurat di bandara Kai Tak Hong Kong, melukai delapan orang. 

Sistem penerbangan Chian Dikritik Keras 

Maskapai penerbangan negara itu rupanya beberapa waktu belakangan, sebelum kecelakaan terjadi, telah menjadi sasaran kritik keras.

Kritik datang akibat tindakan keselamatan yang buruk, layanan yang buruk, dan seringnya penundaan.

Pada bulan Februari tahun tersebut, Asosiasi Penumpang Maskapai Internasional menyebut China sebagai salah satu tempat paling berbahaya di dunia untuk terbang.

Tahun sebelumnya, ada lima kecelakaan yang menewaskan 76 orang, dan 10 pesawat dibajak ke Taiwan. 

Setahun sebelumnya lagi, lima kecelakaan menewaskan lebih dari 380 orang. Tahun itu bahkan disebut sebagai tahun terburuk dalam sejarah penerbangan China.

Di pekan tersebut, China Business Times melaporkan bahwa pada bulan Mei 1994 terjadi 17 kecelakaan. 

Sejak awal tahun 1994, puluhan kasus terjadi, mulai dari pesawat membelok dari landasan atau menggoreskan sayapnya di tanah hingga mesin yang mati saat pesawat masih berada di udara.

Pemerintah China mengakui catatan keselamatannya yang buruk itu.

Mereka disebut meminta bantuan dari Barat, terutama dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS dan Administrasi Penerbangan Federal.

(***)