Menu

Memanas, AS dan Korsel Disebut Latihan Penggal Kepala Pemimpin Korut Kim Jong-un

Riko 5 Jan 2024, 18:44
Kim Jong-un (net)
Kim Jong-un (net)

RIAU24.COM - Militer Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) telah melakukan “latihan pemenggalan kepala” yang bertujuan membunuh Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un. 

Pengakuan terang-terangan itu diungkap para pejabat Korea Selatan di televisi Korsel akhir bulan lalu. 

“Pengungkapan baru-baru ini bahwa Korea Selatan sedang melakukan apa yang disebut latihan pemenggalan kepala untuk kemungkinan pembunuhan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menggarisbawahi bagaimana pemerintahan Presiden AS Joe Biden berusaha memulai baku tembak lagi,”papar jurnalis dan aktivis George Koo kepada Sputnik. 

Dia menjelaskan, “Latihan ini kadang-kadang dibicarakan di kalangan politisi Korea Selatan, namun komentar Menteri Pertahanan (Menhan) Korea Selatan Shin Won Sik baru-baru ini bahwa pasukan operasi khusus Korea Selatan-AS sedang… melakukan pelatihan (latihan pemenggalan kepala) membuktikan pengakuan publik yang jarang bahwa rencana semacam itu memang ada.”

Menhan Korsel Shin merinci program pembunuhan semacam itu tetap menjadi “pilihan” bagi pasukan Korea Selatan dan Amerika. “Bagi saya, sepertinya Korea Selatan dan Washington mendapatkan semua skenario yang ditulis dengan buruk dari Hollywood,”papar Koo melansir Sindonews yang mengutip dari Sputnik’s Critical Hour pada Kamis (4/1/2024). 

Dia menjelaskan, “Akan kacau jika mereka mencobanya, apakah mereka berhasil atau tidak. Itu jelas merupakan deklarasi perang.” 

Pembawa acara Wilmer Leon mempertanyakan waktu penerbitan artikel tersebut, dan menyatakan artikel tersebut muncul ketika ketegangan di kawasan tersebut meningkat baru-baru ini. 

Koo mengatakan, “Hal itu dilakukan sebagai respons terhadap ancaman Korea Utara dalam retorika saling balas yang akan menyebabkan lebih banyak ketegangan di wilayah tersebut, yang berpotensi memaksa seseorang untuk menekan tombol untuk memulai perang nuklir.” “Korea Utara dengan gigih bereaksi dan merespons ancaman dari AS dan Korea Selatan,” tegas Koo. 

Dia menekankan, “Tidak ada pengurangan yang terlihat dan tidak ada langkah mundur… (seolah-olah) pemerintahan Biden ingin memulai baku tembak lagi.” 

“Hampir setiap kota di Amerika bagian utara akan terkena serangan rudal balistik antarbenua,” ungkap Koo ketika co-host Garland Nixon menambahkan, “Tidak akan banyak yang tersisa dari Korea Selatan jika mereka melakukan hal itu.” 

Koo lebih lanjut menunjukkan meskipun perang nuklir dapat dicegah, Amerika Serikat terbukti tidak mampu mengamankan suatu negara setelah membunuh pemimpinnya. “Kita melakukan hal yang sama terhadap (Muammar) Gaddafi di Libya dan kekacauan yang terjadi setelahnya. Meskipun Libya tidak mempunyai senjata nuklir balasan, kita tidak memenangkannya,” tutur dia, mengingat langkah serupa juga diambil pada masa Presiden Irak Saddam Hussein. 

“Kita cukup pandai dalam memenggal kepala, tapi kita tidak pandai memulihkan ketertiban sebelum, sesudah, (atau) seluruhnya sama sekali,” pungkas dia. 

Memanasnya situasi di semenanjung Korea semakin mengkhawatirkan, saat AS juga terus memasok senjata untuk Ukraina yang berperang melawan Rusia.

Washington juga terus memasok senjata untuk Israel yang melakukan genosida terhadap warga Palestina di Jalur Gaza. Saat ini Israel telah membunuh lebih dari 22.000 warga Palestina di Jalur Gaza, dengan pasokan senjata sebagian besar dari AS.