Menu

WHO Melaporkan Adanya Peningkatan Hingga 79 Persen Kasus Campak Global Pada Tahun Lalu

Devi 21 Feb 2024, 08:19
WHO Melaporkan Adanya Peningkatan Hingga 79 Persen Kasus Campak Global Pada Tahun Lalu
WHO Melaporkan Adanya Peningkatan Hingga 79 Persen Kasus Campak Global Pada Tahun Lalu

RIAU24.COM - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyuarakan kekhawatirannya pada Selasa (20 Februari), mengenai kasus campak yang meningkat begitu cepat. Tahun lalu, terdapat lebih dari 306.000 kasus di seluruh dunia, meningkat 79 persen dari tahun 2022.

Kasus campak tidak dilaporkan secara signifikan, menurut penasihat ahli WHO untuk campak dan rubella Natasha Crowcroft, yang juga menyatakan bahwa jumlah kasus sebenarnya mungkin jauh lebih tinggi. 

Organisasi kesehatan PBB memodelkan data tersebut setiap tahun untuk menghasilkan angka yang lebih tepat. Pada tahun 2022, mereka memproyeksikan 9,2 juta kasus dan 136.216 kematian akibat campak.

Crowcroft melaporkan peningkatan kematian sebesar 43 persen pada tahun 2022, meskipun faktanya pemodelan untuk tahun terakhir masih tertunda. Ia memperkirakan akan terjadi peningkatan angka kematian pada tahun 2023 akibat meningkatnya jumlah kasus.

“Tahun ini akan menjadi tahun yang sangat menantang,” tambahnya.

Mengingatkan bahwa lebih dari separuh negara di dunia dianggap berisiko tinggi terkena wabah campak pada akhir tahun, ia menyoroti sekitar 142 juta anak yang rentan terhadap penyakit ini.

Campak, terutama menyerang anak-anak, sangat menular dan dapat menyebabkan komplikasi parah seperti kebutaan, pembengkakan otak, diare, dan infeksi saluran pernapasan.

Lonjakan kasus ini disebabkan oleh menurunnya cakupan imunisasi, dan Crowcroft mencatat bahwa setidaknya 95 persen vaksinasi diperlukan untuk mencegah wabah, namun angka global telah turun menjadi 83 persen. 

Distribusi kasus ditandai dengan kesenjangan yang signifikan, terutama dalam hal kematian. Crowcroft menggarisbawahi bahwa 92 persen anak-anak yang terkena campak berada pada kurang dari seperempat populasi global, terutama di negara-negara berpenghasilan sangat rendah. ***