Menu

Hamas Masih Membuka Komunikasi soal Gencatan Senjata dengan Israel untuk Ramadahan, Ini Syaratnya...

Zuratul 11 Mar 2024, 06:48
Potret Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. (X/Foto)
Potret Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh. (X/Foto)

RIAU24.COM -Pimpinan Milisi Sayap Militer Hamas, Ismail Haniyeh menuturkan pihaknya masih terbuka melakukan pembicarakan dengan Israel

Hal ini dilakukan usai para mediator telah gaga; mencapai kesepakatan gencatan senjata selama Ramadan. 

Pidato Haniyeh tersebut disiarkan ketika berbagai negara Muslim seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menyatakan bulan puasa Ramadan dimulai pada Senin 11 Maret 2024. 

Para mediator sudah mendorong gencatan senjata atas perang yang telah memasuki bulan keenam, sebelum Ramadan.

Namun Haniyeh, yang mengasingkan diri di Qatar, mengatakan Israel tak mau memenuhi syarat Hamas dalam kesepakatan yang bakal membuat sandera Israel yang mereka tahan ditukar tahanan Palestina di Israel.

ia menegaskan lagi Hamas ingin gencatan senjata bertahan lama, penarikan pasukan Israel dari Gaza dan kembalinya warga Gaza yang terlantar ke rumah mereka dan meningkatkan akses bantuan kemanusiaan yang terancam kelaparan.

Israel menolak permintaan penarikan pasukannya dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji melanjutkan kampanye menghancurkan Hamas, bahkan setelah gencatan senjata terjadi.

Pernyataan dari pihak Israel pada Sabtu (9/3) menuduh Hamas ingin 'memperkuat posisinya seperti seseorang yang tak tertarik pada kesepakatan dan berusaha mengobarkan wilayah tersebut selama Ramadan'.

Haniyeh menjelaskan dia sudah melakukan kontak dengan beberapa mediator 'beberapa jam sebelum pidato' tapi tak membuahkan hasil.

"Jika kami menerima dari saudara-saudara mediator posisi yang jelas mengenai pendudukan dengan komitmen mereka menarik diri, menghentikan agresi dan memulangkan para pengungsi, maka kami siap (menyelesaikan kesepakatan)," katanya.

Agresi militer Israel ke wilayah Gaza disulut serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 di bagian selatan. 

Sebanyak 1.160 orang tewas karena serangan Hamas itu, sebagian merupakan warga sipil.

Militan Hamas juga menyandera sekitar 250 orang, puluhan di antaranya sudah dibebaskan selama sepekan gencatan senjata pada November lalu. 

Israel meyakini masih ada 99 sandera yang hidup sedangkan 31 orang sudah tewas.

Kampanye militer Israel hingga kini sudah menewaskan setidaknya 31 ribu orang rakyat Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.

(***)