Menu

PKS Minta Pemerintah Buka Akses Layanan Kesehatan Mental Tekan Angka Bunuh Diri di RI 

Zuratul 11 Mar 2024, 13:55
PKS Minta Pemerintah Buka Akses Layanan Kesehatan Mental Tekan Angka Bunuh Diri di RI.
PKS Minta Pemerintah Buka Akses Layanan Kesehatan Mental Tekan Angka Bunuh Diri di RI.

RIAU24.COM -Informasi dalam artikel ini tidak ditujukan untuk menginspirasi siapa pun untuk melakukan tindakan serupa. 

Bila Anda merasakan gejala depresi dengan kecenderungan berupa pemikiran untuk bunuh diri, segera konsultasikan persoalan Anda ke pihak-pihak yang dapat membantu, seperti psikolog, psikiater, ataupun klinik kesehatan mental.

Juru Bicara PKS yang juga Ph.D Psikolog Muhammad Iqbal mengaku prihatin dengan insiden sekeluarga bunuh diri di apartemen Jakarta Utara (Jakut). 

Iqbal mendorong pemerintah untuk membuka akses layanan kesehatan untuk masyarakat.

"Kasus bunuh diri sekeluarga di sebuah apartemen di Jakarta sungguh memprihatinkan, angka kasus bunuh diri semakin hari semakin tinggi," kata Iqbal kepada wartawan, Senin (11/3/2024).

Iqbal menjelaskan, berdasarkan data Pusat Informasi Kriminal Nasional (Pusiknas) Polri, ada 971 kasus bunuh diri di Indonesia sepanjang periode Januari hingga 18 Oktober 2023.

"Angka itu sudah melampaui kasus bunuh diri sepanjang 2022 yang jumlahnya 900 kasus dan angka ini terus meningkat hingga tahun 2024," imbuhnya.

Dia pun menilai fenomena bunuh diri ini ibarat gunung es. 

Karena itu, dia mendesak pemerintah untuk segera membuka layanan kesehatan mental bagi masyarakat.

"Fenomena ini ibarat gunung es, bahwa masalah kesehatan mental dan tekanan hidup semakin tinggi, untuk itu pemerintah perlu membuka akses layanan kesehatan mental bagi masyarakat bagi secara online maupun offline, akses layanan konseling selama ini masih bersifat ekslusif dan terbatas," ucapnya.

Lebih lanjut, Iqbal menjelaskan penyebab bunuh diri ada berbagai faktor baik masalah kesehatan fisik, mental, tekanan hidup, lingkungan, keyakinan dan pengaruh media. 

Untuk itu, dia menilai perlu edukasi di berbagai tempat baik di lingkungan sekolah, tempat kerja, dan media sosial.

"Emile Durkheim dalam karyanya yang monumental berjudul Le Suicide (1897) mengatakan bahwa seseorang yang melakukan bunuh diri selalu dilatarbelakangi oleh faktor-faktor sosial. Faktor itu yang membawa individu pada sebuah masalah sosial seperti konflik, kesalahpahaman dengan keluarga, dengan lingkungan akademik, teman kerja, kekasih, atau masalah keuangan. Aspek-aspek sosial tersebut, jika tidak teratasi, akan menimbulkan gangguan psikis," jelasnya.

Owner Rumah Konseling ini lantas menyoroti kondisi layanan konseling dan kesehatan mental yang terbatas di Indonesia. 

"Saat ini akses akan layanan konseling dan kesehatan mental sangat terbatas sehingga masyarakat tidak punya akses untuk mendapatkan bantuan dan pertolongan pertama 'Psychological First Aid' dalam penanganan masalah gangguan mental padahal ini adalah upaya yang sangat dasar dalam pencegahan bunuh diri," pungkasnya.

(***)