Perbaiki Angka Kelahiran, Warga Korea Selatan Diminta Kurangi Jam Kerja
Dalam jajak pendapat GRI tahun 2024 yang melibatkan 1.000 pekerja berusia 20 hingga 59 tahun, jam kerja yang berlebihan disebut sebagai hambatan terbesar untuk menyeimbangkan tanggung jawab keluarga. Sekitar 26,1 persen pria dan 24,6 persen wanita yang menyebutkan bahwa hal itulah yang dianggap sebagai hambatan utama mereka.
Dari warga yang sudah berumah tangga dan memiliki penghasilan ganda menyatakan keinginan terkuat soal pengurangan jam kerja ini. Mereka berharap dapat memangkas sekitar 84 hingga 87 menit dari hari kerja mereka.
GRI merekomendasikan agar lembaga publik memimpin dalam mengurangi minggu kerja standar, dan mempertimbangkan untuk menghitung sebagian waktu perjalanan sebagai jam kerja berbayar.
"Kesenjangan [sekitar] satu jam antara jam kerja aktual dan yang diinginkan paling signifikan di antara pasangan pekerja dengan anak-anak. Menurunkan jam kerja legal menjadi 35 jam merupakan langkah yang diperlukan," kata Yoo Jeong-gyun, seorang peneliti di GRI, dikutip South China Morning Post.
Dalam beberapa tahun terakhir, Korea Selatan telah aktif menjajaki penerapan jam kerja yang lebih pendek untuk meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja dan mengatasi tantangan demografi. Khususnya, pada tahun 2024, provinsi Gyeonggi memulai uji coba empat hari kerja seminggu yang melibatkan lebih dari 50 organisasi.
Hal ini memungkinkan para karyawan untuk memilih antara jam kerja yang dipersingkat setiap dua minggu atau jam kerja harian yang dikurangi. ***